Rahasia Dibalik Keberadaan Pabrik Tahu dan Tempe di Lokoboko, Kabupaten Ende Yang Terus Bertahan Ditengah Tantangan Pasar ?

Oleh: Wilhelmina Wasi Resi, Mahasiswa STIPAR Ende
Sejak berdiri pada tahun 1985, sebuah pabrik tahu dan tempe di Desa Lokoboko, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, terus beroperasi meskipun menghadapi berbagai tantangan dalam produksi dan pemasaran.
Pabrik yang dimiliki Afandi ini menjadi salah satu pemasok utama tahu dan tempe di daerah tersebut, meskipun masih bergantung pada fluktuasi harga ikan yang mempengaruhi permintaan pasar.
Afandi mengungkapkan bahwa dalam sehari pabriknya mampu memproduksi sekitar 450 potong x 15 tahu dan tempe. Bahan baku utama berupa kedelai didatangkan dari Surabaya. Namun, ia kerap menghadapi kendala dalam kualitas kedelai yang diterima.
“Kadang kedelai yang kami dapatkan kurang bagus karena proses produksinya disana kurang baik, sehingga tahu dan tempe yang dihasilkan pun tidak maksimal,” ujarnya saat diwawancara Selasa, 11 Februari 2025.

Pemasaran produk tahu tempe dari pabrik ini dilakukan dengan menjual langsung ke pasar serta melalui sistem pemesanan yang kemudian diantarkan ke daerah tertentu, seperti wolowaru. Namun, salah satu tantangan besar yang dihadapi dalam pemasaran adalah ketergantungan masyarakat terhadap harga ikan.
“Kalau harga ikan naik, masyarakat lebih memilih tempe dan tahu sebagai alternatif. Tapi kalau harga tahu dan tempe naik, masyarakat kembali memilih ikan,” jelas Afandi.
Hal ini membuat pabrik harus terus menyesuaikan strategi pemasaran agar tetap bisa bertahan di tengah persaingan dengan produk pangan lainnya.
Selain kendala dalam produksi dan pemasaran, Afandi juga mengalami kesulitan dalam merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar. Menurutnnya, sebagian besar warga setempat kurang berminat bekerja di pabrik tahu dan tempe karena alasan tertentu.
Akibatnnya, ia harus mencari pekerja dari luar daerah agar produksi tetap berjalan.
“Kami sebenarnnya ingin memberdayakan masyarakat sekitar, tapi karena minat mereka rendah, akhirnya kami harus mencari tenaga kerja dari luar daerah,” katanya.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Afandi tetap optimistis terhadap masa depan usahanya. Ia berharap pabrik tahu dan tempe miliknnya terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.
“Harapan saya, usaha ini bisa terus berlanjut dan semakin maju. Semoga produksi tahu dan tempe disini tetap bisa memenuhi kebutuhan masyarakat serta membantu perekonomian daerah,” tutupnya.
Keberadaan pabrik tahu dan tempe di Desa Lokoboko ini menjadi bukti bahwa usaha kecil dan menegah (UKM) dapat bertahan meskipun menghadapi berbagai kendala.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan usaha ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat di Kabupaten Ende dan sekitarnya.