Maumere Manise Terus Kerdil Jika Suksesi Kepemimpinan Dipasungi Isu Etnis
Oleh Marianus Gaharpung, Dosen FH Ubaya Surabaya
Mantan Bupati Sikka “kharismatik” Drs. Daniel Woda Palle, jika tidak keliru sekitar tahun 1970an mengaransir lagu berjudul “Maumere Manise”. Pesan lagu ini sungguh klir anti primordialisme ( suku etnis/ras). Memang tempoe doeloe suasana kebatihan warga Flores termasuk Sikka kental dengan isu suku, etnis bahkan agama. Lagu ini jelas menolak adanya batu sandungan warga Sikka tidak akan berkembang pola pikir serta juangnya.
Cuplikan syair lagu,
“Maumere.. kalau masih ingateJangan lupa Maumere manise Maumere eee dengan pulau-pulaunya Nyiur lambai Maumere manise Mutiara di Nusa bungae..Maumere…kalau masih ingate. Jangan lupa
Maumere manise
Kangae Paga Nita dan Sikka manise Maju pemuda Maumere manise Maumere kalau masih ingate…Jangan lupa Maumere manise”.
Membaca media Online tribunnews.com judul ” Bawa Nama Etnis Lio- Dua Birokrat Dan Satu Politisi Siap Bertarung di Pilkada Sikka 2024″. Robertus Ray, Blasius Hengky Sally serta Juventus Prima Yoris Kago
Isu etnis Lio kembali digulirkan menjelang suksesi kepemimpinan Sikka 2024. Hal ini sangat menghentak nurani warga Nian Tana Sikka diaspora dan tentu warga Sikka di Nian Tana Sikka. Pasalnya salah satu pengagas pertemuan etnis Lio mantan Bupati Sikka, Drs. Ansar Rera.
Aneh dan lucu saja di era keterbukaan sedang digalakkan kompetisi penuh fair kreativitas dan inovasi ternyata masih kental cara pikir kelompok etnis dalam konteks pilkada Sikka 2024. Masih ada oknum oknum yang ditokohkan di Nian Tana Sikka terus dalam kubangan pola pikir etnis yang sempit kerdil untuk cabup cawabup Sikka 2024- 2029.
Pertanyaannya, pantaskah di era transparansi, digitalisasi, serta kompetensi masih layak membicarakan etnis.
Ah, sangat miris jika masih saja dengan logika etnis. Sangat disayangkan ternyata di era saat ini yang sarat persaingan ide/gagasan, ada tokoh di Sikka berkutat dengan pola pikir era 60, 70 an. Jika terus dipelihara pola pikir ini, Sikka tetap tidak akan pernah berkembang karena masih dalam kesadaran melestarikan sentimen etnis dalam tata kelola pemerintahan dan politik di Nian Tana Sikka.
Padahal pemimpin Sikka 2024- 2029 wajib mengedepankan persaingan ide, gagasan dan inovasi dalam pola kerja birokrasi pemerintahan serta politik. Julukan Sikka baromoter politik NTT hanya “lips service” belaka. Jika pengagas isu etnis Lio dalam Pilkada Sikka 2024 tidak menjelaskan makna pernyataan tersebut, wajar warga Nian Tana Sikka menjadi tidak simpatik dan boleh saja berpikir miris bahwa jika bupati atau wakil bupati terpilih dari etnis Lio maka bagi- bagi “kursi” jabatan dalam tata kelola administrasi Pemerintah Kabupaten Sikka dugaan kuat etnis Lio akan lebih diutamakan, apakah masih layak di era yang syarat dengan kompetensi?
Selama ini salah satu faktor kegagalan pembangunan Nian Tana Sikka karena pembagian “kue jabatan” ASN masih kental dengan stigma etnis sehingga aspek kompetensi latar belakang keilmuah dan pengalaman kerja ASN tidak menjadikan hal urgen dalam tata kelola administrasi Pemkab Sikka.
Ini fatal cara pikir “katak dalam tempurung”. Masak di era milenial persaingan ide gagasan menjadi primadona kok masih ada tokoh- tokoh Lio getol bicara etnis Lio menyongsong suksesi kepemimpinan Sikka 2024.
Apakah warga Nian Tana Sikka masih terus enjoy dalam pasungan kekerdilan aroma etnis yang terus dijadikan pisau analisis pembagian etnis berdasarkan wilayah ketika menyiapkan pemimpin Sikka 2024? Ansar Rera mantan Bupati Sikka ketika terpilih jadi Bupati apakah hanya orang etnis Lio yang pilih? Tolong berpikir bijak.
Jiwa kepemimpinan di era transparansi harus melabrak sekat- sekat primordial yang sempit. Justru yang ditonjolkan adalah kompetitif tanpa melihat agama, etnis wilayah dan lain- lain yang sifat negatif.
Pemimpin yang transparan berusaha untuk mempraktikkan apa yang mereka katakan (walk the talk), menetapkan ekspektasi yang sangat jelas, dan berkomunikasi secara efektif dengan ASN agar tercipta suasana kerja yang menghidupkan dalam lingkungan organisasi Pemkab Sikka.
Pemimpin dengan pola transparansi, pasti menerapkan standar bagi seluruh dinas/badan untuk hidup serta menumbuhkan budaya komunikasi terbuka di tempat kerja, dan perilaku yang bertanggung jawab baik bagi ASN maupun pemimpin.
Memimpin dengan transparansi membutuhkan kemauan keras, jujur, terbuka serta jauh dari perilaku koruptif.
Harga mati bagi pemimpin Sikka 2024 jika menghendaki Sikka Bangkit dari keterpurukan dalam hal pembangunan fisik akibat perilaku korupsi, rendahnya SDM, PAD serta tingkat kemiskinan masih primadona, rendahnya tingkat kesehatan warga, maka penerapan pola kerja transparansi dalam kepemimpinan secara konsisten, pasti akan mendapatkan berbagai manfaat bagi Nian Sikka.
Semoga Pilkada 2024, warga Sikka mendapatkan pemimpin Sikka yang tegas, jujur berani tidak doyan janji muluk serta terutama takut berbuat dosa. Amin!