Pesan Uskup Maumere Ketika Mengikuti Jumat Agung dan Logu Senhor
MAUMERE, GlobalFlores.com – Uskup Keuskupan Maumere Mgr. Ewaldus Martinus Sedu yang akrab disapa Mgr Ewald, menyampaikan pesan saat Jumat Agung dan Logu Senhor di Gereja Tua St. Ignatius Loyola Sikka, Jumat ( 15/4/2022) di Desa Sikka, Kecamatan Lela.
Mgr Ewald seusai perayaan ekasristi Jumat Agung menyampaikan tiga pesan dari kisah kesengsaraan Tuhan Yesus bagi seluruh umat Katolik se keusukupan Maumere.
Menurutnya, umat Katolik yang menghadiri perayaan misteri Jumat Agung, mestinya memahami makna penderitaan, kesengsaraan dan wafatnya Tuhan Yesus Kristus dari Gereja Tua St. Ignastius Loyola Sikka.
Perayaan Jumat Agung yang dipimpin oleh Uskup Maumere Ewaldus Martinus Sedu ini, didampingi pastor Paroki RD. Hendrik Nong, Vikjen Keuskupan Maumere RP. Telesforus Jenti, O.Carm dan Direktur Politeknik Cristo Re, RD, Richard Muga menyampaikan tiga pesan penting untuk umat se Keuskupan Maumere.
Ketiga pesan itu diantarannya, memiliki iman yang hidup ditengah keidupan zaman saat ini. Menurutnya iman tidak terpisah dari kehidupan umat sehari-hari. Seharusnya kata Ewald, iman itu melekat dalam hidup dan membaharui hidup, sesuai teladan penderitaan Yesus Kristus.
“Kadang kita menghayati iman terpisah dari kehidupan kongkrit, kita dipanggil untuk menjalankan pembaharuan dan perubahan ditengah masayarakat,”kata Mgr Ewald.
Pesan kedua lanjut Mgr Ewald yakni panggilan pada keutuhan ciptaan, pertama-tama menggugat sikap nayaman dan sikap mapan dengan menanggalkan keserakahan, untuk memiliki dan menguasai sebanyak-banyaknya sampai tidak peduli kepada orang lain.
“Kita begitu bernafsu menguasai kekayaan, sampai mengorbankan lingkungan sekitar, contohnya, dampak pertambagan yang sangat rentandan rawan di daerah Flores,”katanya.
Akibat nafsu dan keserakahan itu lanjut Ewald, akan menemukan kesenjangan, ketidakadilan yang sangat mengerikan, seperti orang-orang kaya yang diuntungkan oleh industri pertambangan, sementara orang –orang yang dimiskikan dan disengsarakan oleh insdustri yang sama.
Oleh karena itu semestinya harus menanggalkan keserakahan, dan harus bersama alam ciptaan menjadikan umat sejahtera.
Pesan ketiga lanjut Ewald, yakni jalan salib adalah jalan pertobatan bagi semua orang beriman, setiasp tahap kehidupan semestinya harus disyukuri dan dipersembahkan kembali kepada Allah.
Barang-barang canggih dan alat-alat pintar produk zaman teknologi hanyalah sebatas sarana bantu, bukan merupakan tujuan kehidupan umat.
Menurut Ewald, kemajuan zaman dapat menggeser makna jalan salib, ketika harus menjadi pohon pengetahuan yang dapat membuat terlena. Harusnya bersyukur dan memohon rahmat kesengsaraan Kristus dapat senantiasa memurnikan umatnya.
“Semoga rahmat kasih Allah menuntun kita untuk menanggalkan keserakahan hati, diri, keluarga dan masyarakat, untuk sanggup terbuka dan terdorong untuk memperjuangkan keutuhan alam ciptaan, mulai dari yang ada di sekitar kita. Semoga Tuhan memberkati kita sekalian,”kata Mgr Ewald.
Seperti yang disaksikan media ini perayaan Jumat Agung, dihadiri oleh ribuan umat katolik, baik yang berada diwilayah Kabupaten Sikka maupun yang berada dari luar NTT seperti dari Jakarta.
Ketua Panitia Jumat Agung dan Logu Senhor, Firmin kepada media menjelaskan bahwa peserta Logu Senhor yang ikut dalam perayaan Jumat Agung sebanyak 500 orang.
Jumlah tersebut sesuai dengan yang terdaftar pada panitia. Sementara tamu asal Jakarta yang mengikuti Logu Senhor sebanyak 27 orang.
Dalam perayaan Jumat Agung ini hadir pula Bupati Sikka Fransiskus Robertto Diogo dan Ketua tim penggerak PKK Kabupaten Sikka, Maria Cahyani Idong, Sekda Sikka Adrianus F. Parera dan sejumlah pejabat di lingkup Pemkab Sikka.
Pelaksanaan kegiatan hari Raya Jumat Agung ini, juga mengikuti Prokes, setiap umat yang datang wajib mengenakan masker, dan pengukuran suhu oleh para petugas menggunakan Thermogun. ( rel )