Opini

Benarkah Iklan Sabun Mandi  di  Televisi Merupakan Industri Eksploitasi Tubuh Perempuan ?

Oleh : Agnesia Herlin Seong, Prodi : Ilmu Komunikasi

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

Di era perkembangan teknologi saat  ini khususnya di media massa kita seringkali menonton atau menjumpai dalam media massa seperti televisi, perempuan yang dijadikan modelling dalam industri periklanan.

Keberadaan perempuan dalam iklan yang ada di media massa seperti televisi kerap kali menjadi sebuah pedebatan yang tiada henti. Dimana dalam iklan yang ditampilkan pada media massa seperti televisi khususnya iklan poduk sabun mandi seringkali menjadikan perempuan sebagai model atau ditampilkan menjadi simbol- simbol untuk menciptakan citra tertentu dan menarik serta meningkatkan harga beli produk sabun ini.

Industri periklanan menjadikan perempuan untuk menjadi model seperti menggunakan Sebagian tubuh perempuan di media massa dalam iklan atau dengan kata lain mengeksploitasi tubuh perempuan untuk menarik konsumen atau  para pembeli produk mereka.

Industri periklanan menjadikan perempuan sebagai objek utama dalam iklan seperti eksploitasi baik eksploitasi dalam  bentuk tubuh, ekspresi mimic wajah, dan suara.

Fenomena eksploitasi tubuh perempuan dalam iklan menjadi isu yang semakin relevan dalam masyarakat modern.

Iklan sering kali menggunakan standar kecantikan yang ideal, yang dapat menimbulkan dampak psikologis negatif pada perempuan, termasuk penurunan rasa percaya diri dan peningkatan kecemasan terkait penampilan.

Industri iklan tidak hanya mempromosikan produk, tetapi juga mengkomodifikasi tubuh perempuan. Dengan menggunakan citra perempuan yang ideal, iklan ini memanfaatkan kecantikan sebagai alat untuk menjual poduk . hal ini dapat dilihat  sebagai bentuk eksploitasi, dimana tubuh perempuan dijadikan objek untuk  kepentingan komersial salah satunya iklan pada sabun mandi. 

Sabun mandi merupakan produk yang telah menjadi kebutuhan  primer dalam kehidupan kita sehari hari.

Iklan sabun biasanya menampilkan perempuan dengan kulit halus, bersih, dan bercahaya. Citra ini tidak hanya berfungsi untuk menarik perhatian, tetapi juga membangun standar kecantikan yang tidak realistis. Perempuan yang ditampilkan seringkali memiliki bentuk tubuh dan wajah yang sesuai dengan norma kecantikan yang sempit, yang dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri pada perempuan lainnya.

Bicara perempuan dalam iklan bisa dilihat dari 3 posisi perempuan dalam industri periklanan. Pertama yaitu  sebagai pelaku dalam industri periklanan atau yang bisa disebut sebagai praktisi, kedua sebagai pembawa pesan iklan melalui perannya sebagai model atau bintang iklan dan endorser, dan ketiga sebagai konsumen target market dari iklan itu sendiri.

Dilihat dari keterlibatan perempuan dalam industri periklanan, Miranti Abidin, (seorang praktisi periklanan terkemuka dan seorang perempuan) menenggarai bahwa industri ini cenderung feminin sejak akhir 1980-an (2000, 45).

Miranti mencoba memberi penjelasan bahwa keterlibatan banyak perempuan dalam industri periklanan sejalan dengan berkembangnya indus-tri ini di Indonesia, konsekuensi dari gerakan perempuan yang berkembang di banyak negara, dan juga stereotype-stereotype tertentu tentang perempuan sehingga dirasa cocok untuk mengisi berbagai posisi dalam industri per-iklanan.

Iklan produk sabun mandi di televisi memang seringkali mencerminkan sebagai industri yang mengeksploitasi tubuh perempuan. Meskipun tidak semua iklan bersifat eksploitasi,  banyak yang memperkuat standar kecantikan yang tidak realistis dan berpotensi merugikan.

Eksploitasi yang dimaksudkan adalah bagaimana industri tertentu memanfaatkan tubuh seseorang ( perempuan ) dan menjadikan perempuan sebagai modeling  untuk kepentingan industri terkait. Itulah  yang dihadirkan media massa yaitu perempuan cantik yang menjadi sosok penarik perhatian, serta pemikat hati siapapun  yang melihatnya dengan ciri fisik kulit putih, halus, mulus, badan langsing, rambut lebat berkilau, serta wajah yang bebas kerutan dan jerawat seringkali menghiasi layar televisi, internet maupun majalah khususnya dalam iklan produk.  

Perempuan ditawarkan menjadi icon produk bahkan untuk icon produk yang  ada sangkut pautnya dengan bagian tubuh perempuan pun,  perempuan selalu dihadirkan sebagai daya tarik.

Eksploitasi tubuh perempuan merujuk pada penggunaan tubuh perempuan dalam iklan untuk menarik perhatian, sering kali dengan cara yang merendahkan atau menyobjectifikasi. Ini dapat mencakup representasi fisik yang berlebihan, penekanan pada penampilan, dan penggunaan stereotip gender yang memperkuat norma sosial yang merugikan.

Dalam kehidupan sehari hari,  perempuan banyak digunakan dalam iklan televisi.  Keterlibatan tersebut didasari dua faktor utama ( Widyatama, 2005:41). Pertama perempuan disebut sebagai pasar yang besar dalam sebuah perindustrian.  Dan    kedua bahwa perempuan memiliki kepercyaaan yang luas dan dan diakui mampu menguatkan pesan iklan.

Dalam media periklanan, eksploitasi tubuh perempuan memiliki nilai jual yang sangat tinggi.  Perempuan dengan keindahan tubuhnya digambarkan sebagai makhluk pemuas kebutuhan, cenderung para perempuan yang ditampilkan harus menarik, paras yang cantik, memiliki postur tubuh yang ideal dan anggun. Sosok seperti itulah yang menjadi tipe perempuan sebagai idola industri  para peraup keuntungan untuk dijadikan model iklan dalam produk yang ingin dipasarkan.

Periklanan merupakan salah satu elemen penting dalam pemasaran produk, yang bertujuan untuk menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi perilaku pembelian.

Dalam konteks produk kecantikan, seperti sabun Citra, iklan tidak hanya menonjolkan keunggulan produk, tetapi juga seringkali menyajikan citra tertentu tentang kecantikan dan tubuh perempuan. Media televisi, sebagai salah satu saluran utama untuk iklan, memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap tubuh perempuan.

Fenomena eksploitasi tubuh perempuan dalam iklan menjadi isu yang semakin relevan dalam masyarakat modern. Iklan sering kali menggunakan standar kecantikan yang ideal, yang dapat menimbulkan dampak psikologis negatif pada perempuan, termasuk penurunan rasa percaya diri dan peningkatan kecemasan terkait penampilan. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi sejauh mana iklan sabun di televisi berkontribusi terhadap eksploitasi tubuh perempuan.

Pengaruh iklan produk sabun mandi terhadap eksploitasi tubuh perempuan di media televisi dapat memunculkan berbagai persepsi di kalangan masyarakat. Berikut adalah beberapa poin yang mungkin mencerminkan pandangan masyarakat:

Kesadaran Terhadap Eksploitasi :

Banyak masyarakat mulai menyadari bahwa iklan sering kali menggunakan citra tubuh perempuan untuk menarik perhatian. Hal ini dianggap penting karena membantu mengungkap bagaimana iklan berkontribusi pada norma dan stereotip gender.

Dampak Positif dan Negatif :

Sebagian masyarakat mungkin melihat bahwa meskipun iklan dapat meningkatkan penjualan produk, mereka juga menyadari dampak negatifnya, seperti memperkuat standar kecantikan yang tidak realistis dan menimbulkan tekanan sosial bagi perempuan untuk memenuhi ekspektasi tersebut.

Persepsi Gender :

Masyarakat mungkin berpendapat bahwa eksploitasi tubuh perempuan dalam iklan mencerminkan ketidaksetaraan gender yang lebih luas dalam masyarakat.

Kritik Terhadap Media :

Beberapa orang mungkin merasa bahwa media, termasuk televisi, memiliki tanggung jawab untuk menyajikan konten yang lebih positif. ini bisa dianggap sebagai langkah awal untuk mendorong perubahan dalam cara iklan disusun.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WhatsApp

Adblock Detected

Nonaktifkan Ad Blocker untuk melanjutkan