Dari Warung Kecil ke Tanah Suci: Kisah Inspiratif Bu Ginten Berangkat Umroh
Oleh, Maria Karolina Bupu, Mahasiswa Semester 5, Prodi:Ilmu komunikasi, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Pagi- pagi sekali sekitar pukul 5:30 WIB, seorang ibu tua sekitar umur 60-an tahun berdiri menyendiri di dalam warung kecilnya yang menyempil di tengah hiruk pikuknya kota Malang. Sambil membuka jendela dan menghirup udara segar, ia mulai menata sayur mayur, maupun sembako lainnya untuk dijual.
Nama ibu tua itu bu Ginten, dan yang lebih membuat pembeli jadi terkesan, di dalam warungnya ada sebuah foto yang memperlihatkan bu Ginten dan suaminya berada di tanah suci melakukan Umroh, yang sebenarnya kesempatan ini tidak bisa dirasakan oleh semua orang.
Siapa sangka bu Ginten bisa mewujudkan impiannya untuk berangkat Umroh ini hanya dengan uang dari hasil jualan sembako di warung kecilnya.
Walupun banyak saingan dalam berdagang misalnya, ada banyak warung yang lebih besar dan lebih lengkap dari warungnya, kadang kadang sepi pembeli,bu Ginten tetap semangat dan pantang menyerah dalam melakukan rutinitasnya sebagai penjual sembako, dan didasari dengan keinginan besarnya untuk berangkat Umroh.
“Waktu saya berangkat Umroh, biayanya saya kumpulkan sendiri, saya nabung dikit-dikit, saya usaha sendiri, tidak ada bantuan dari suami maupun anak anak. Saya hanya bisa menjual sembako dari warung saya ini, walaupun warungnya kecil, kadang kadang sepi,saya wes pasrah ae sama Allah,tapi hal itu tidak membuat saya berpikir harus menguburkan mimpi saya untuk berangkat Umroh,” kata Bu Ginten sembari meneteskan air mata kebahagiaannya.
Bu Ginten menceritakan awal mula ia membuka warungnya berkat modal yang di berikan juragan nya pada saat ia bekerja sebagai asisten rumah tangga pada tahun 90-an, modalnya sekitar 1.500.000 jika di hitung dengan angka mata uang sekarang.
Mulai pada saat itu ia mulai rajin menabung, dan harus bisa membagi uangnya untuk kebutuhan merenovasi rumah maupun memenuhi kebutuhan setiap hari,serta kebutuhan anak anaknya.
“Dulu itu modal awal saya untuk membuka warung ini dikasih sama juragan saya dengan bekerja sebagai asisten rumah tangga.saya mulai membuka membuka warung ini sekitar tahun 2001.Dari dulu saya sudah punya keinginan besar untuk berangkat ke Tanah Suci.setiap hari saya mulai nabung,dan di sisi lain harus membagi uangnya untuk kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan anak saya,” ungkapnya.
Sementara dibalik suksesnya bu Ginten berangkat ke Tanah Suci, ia pernah mengalami musibah selama dua kali saat hendak berangkat ke Tanah Suci.Ia pernah kehilangan uang pada tahun 2010 saat ia mengumpulkan ke kordinator yang mengurus terkait keberangkatan. Kemudian ia juga gagal berangkat lagi pada tahun 2020 karena Covid-19.Akhirnya pada tahun 2022 ia bisa menggapai keinginannya dan langsung berangkat Umroh.
“Pada tahun 2010,entah saya ditipu atau gimana saya pun gak tau, saya kehilangan uang pada saat sudah di kumpulkan ke kordinator nya. Waktu itu saya sempat nangis karena kecewa, tapi lambat laun saya pun pasrah dan melupakan. Kemudian pada tahun 2020 saya juga gagal lagi untuk berangkat ke tanah suci karena wabah Covid-19.Alhamdulilah pada tahun 2022 saya bisa mewujudkan mimpi saya untuk bisa berangkat ke Tanah Suci,dan saya benar benar merasa perjuangan saya selama ini, kesabaran dan keikhlasan saya tidak sia-sia,” tuturnya.
Bu Ginten menyampaikan harapannya agar ia bisa berangkat lagi ke tanah suci dan ia selalu dalam lindungan Allah.
Bu Ginten juga pesan kepada kaum muda.Ia berharap anak muda harus pantang menyerah dan harus berjuang keras untuk sesuatu yang ingin di gapai.
“Semoga di lain kesempatan saya bisa berangkat Umroh lagi, dan selalu diberi kesehatan sama Allah. Pesan saya untuk anak muda agar harus pantang menyerah, harus baik sama semua orang,dan berjuang keras sesuatu yang ingin digapai”,katanya.