195 Remaja Putri di Sikka Alami Anemia
MAUMERE, GlobalFlores.com -Sebanyak 195 remaja putri dari 137 sekolah, diantaranya 51 sekolah tingkat SMA dan 86 sekolah tingkat SMP di Kabupaten Sikka mengalami anemia.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, mengatakan hal itu saat pelaunchingan aksi gizi bagi remaja putri di SMK St. Paulus II, Sabtu (1/10/2022).
Petrus mengatakan kegiatan lauching aksi gizi bertujuan untuk meningkatkan status gizi pada remaja putri dalam upaya mencegah dan menanggulangi anemia juga meningkatkan status gizi dan mencegah anemia pada remaja putri sehingga dapat memutuskan mata rantai terjadinya stunting.
Selain itu untuk meningkatkan cadangan zat besi didalam tubuh sebagai bekal dalam mempersiapkan generasi yang sehat berkualitas dan produktif,ujar Petrus.
Petrus menyebutkan salah satu penyebab anemia yakni defisiensi zat besi. Selain itu juga adanya defisiensi Vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi bawaan, dan pendarahan.
Petrus Herlemus menjelaskan bahwa, pembangunan Indonesia tahun 2020 – 2024 ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing sehat, cerdas, adaptif, inovatif, terampil dan berkarakter.
Petrus menyebutkan bahwa, dalam peraturan presiden nomor 18 tahun 2020 tentang RPJMN disebutkan arah dan kebijakan strategi RPJMN 2020 -2024 adalah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutrama penguatan pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif.
Sebagai penjabarannya lanjut Petrus, Kementerian Kesehatan menyusun rencana strategis ( Renstra) Kementerian Kesehatan tahun 2020 – 2024, dimana Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat mengusulkan 4 indikator Kinerja Program ( IKP) dan 20 Indikator Kinerja Kegiatan ( IKK) salah satu sasaran pokok adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi, didalamnya sasaran program gizi dan kesehatan ibu dan anak antara lain, meningkatnya ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh masyarakat.
“Salah satu indikator pembinaan perbaikan gizi masyarakat yang kita lakukan saat ini adalah pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri,”ujar Petrus.
Menurut Petrus, anemia dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya, defisiensi zat besi, defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor bawaan, dan pendarahan.
Di negara sedang berkembang, lanjut Petrus 40 persen mengalami anemia disebabkan karena defisiensi zat besi yang dikenal dengan istilah anemia gizi besi.
“Pola makan yang miskin zat besi, tingginya prevalensi cacingan dan tingginya prevelensi malaria didaerah endemi merupakan faktor-faktor yang sering dilakukan, dengan tingginya defisiensi dinegara berkembang,”kata Petrus.
Menurut Petrus, anemia gizi sebenarnya tidak perlu terjadi bila asupan makanan sehari-hari mengandung cukup zat besi, terutama pangan hewani yang kaya akan zat besi.
Zat besi pada pangan hewani lebih mudah diserap tubuh, namun pangan-pangan hewani masih kurang terjangkau oleh kebanyakan masyarakat Indonesia karena haarganya yang relatif mahal.
Petrus juga mengaku memahami mengapa prevelensi anemia di Indonesia tinggi untuk semua kelompok umur. Anemia merupakan masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah anemia, terbukti telah menunjukkan penurunan yang signifikan meskipun prevelensinya masih tinggi.
Petrus juga membeberkan bahwa, data ibu hamil anemia di Kabupaten Sikka menunjukkan penurunan yang signifikan , data tahun 2020 sebesar 11, 8 persen, 2021 sebesar 9,6 persen dan data bulan Januari sampai dengan Agustus 2022 sebesart 4,5 persen.
Hal tersebut kata Petrus, merupakan dampak lanjut dari tingginya prevelensi anemia pada remaja putri di Indonesia yaitu sekitar 25 persen, wanita usia subur sebesar 17 persen dan hasil penelitian anemia besi remaja putri di Kabupaten Sikka, sebesar 14,8 persen .
Keadaan ini merupakan akibat asupan zat besi dari makanan yang baru memenuhi sekitar 40 persen dari angka kecukupan gizi nasional ( Puslitbang Gizi 2007) (rel )