ENDE,GlobalFores.com—Kegiatan pembakaran sampah B 3 di RSUD Ende melalui alat insenerator dihentikan sementara menyusul adanya keluhan dari masyarakat yang bermukim di sekitar RSUD Ende yang merasa terdampak dari proses pembakaran sampah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dr Aries Dwi Lestari mengatakan hal itu dalam keterangan persnya kepada wartawan di ruang kerja Bupati Ende, Kamis sore (14/4/2022).
“Karena ada laporan warga terdampak , maka kita putuskan menghentikan dulu pembakaran dan kita evaluasi ulang , dengan cara datangkan uji emisi dari Jakarta , dan karena masih masa pemeliharaan maka kita minta pihak penyedia evaluasi ulang alat insenerator,”kata dr Aries.
Mendampingi Bupati Ende saat memberikan penjelasan, dr Aries mengatakan bahwa selama ini memang RSUD Ende bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pemusnahan limbah B 3 di Kupang.
“Dulu dengan PT Semen Kupang dalam perjalanan ijin PT Semen Kupang berakhir , maka kita melakukan perjanjian kerja sama (PKS) lagi dengan perusahaan lain yang ada di Kupang , tetapi karena adanya pandemik covid , pihak transporter tidak bisa mengangkut ke Kupang kerena PPKM,”kata dr Aries.
Jadi ada penumpukan sampah B 3 , yang disimpan di TPS dengan harapan bisa dibakar sendiri dengan insenerator yang ada yang bersumber dari dana pusat ( DAK ) 2021,jelas dr Aries.
“Sambil evaluasi ulang insenerator kita , kita hubungi kembali pihak ketiga untuk angkut dulu , dan sekarang transporternya pun sudah bisa angkut limbah sampah yang ada,”katanya.
Dan juga untuk mengatasi penumpukan limbah B 3 yang ada ini , sambil menunggu semuanya diangkut pihak ketiga kita siapkan tps ( tempat pembuangan sementara) satu ruangan lagi,jelas dr Aries.
“Kita berharap secepatnya insenerator kita bisa digunakan lagi dan tidak ada warga yang terdampak sehingga pelayanan RSUD tidak terganggu dan juga ada efisiensi anggaran,”kata dr Aries.
Dikatakan untuk warga yang terdampak , RSUD Ende siap untuk melayani pemeriksaan secara gratis.
“Prinsipnya kesehatan dan kesalamatan warga yang paling utama seperti yang dikatakan Bupati Ende bahwa keselamatan warga menjadi prioritas,”kata dr Aries.
Tentang spesifikasi tehkis alat insenerator milik RSUD Ended dr Aries menjelaskan alat insenerator milik RSUD temperatur ruang bakar utama 1000 derajat Celsius padahal syaratnya hanya minimum 800 derajat Celsius.
Begitupun temperature ruang ke 2 RSUD memiliki 1.200 derajat celsius , syarat minimum 1.000 derajat Celsius dan alat pengendali pencemaran udaranya juga ada.
Sedangkan tinggi cerobong minimum 14 meter namun , RSUD 16 meter.
Alat yang ada juga telah mengantongi ijin sementara sampai pandemik COVID berakhir dari Kementerian Lingkungan Hidup RI,ujar dr Aries.
“Secara tehknis sebenarnya tidak bermasalah namun dalam perjalanan ada ada laporan warga terdampak , maka kita putuskan menghentikan dulu pembakaran dan kita evaluasi ulang,”katanya. (rom)