Ragam

Renungan,Kamis (24/2/2022)

SEMANGAT PAGI, dalam Injil hari ini dikisahkan tentang Seorang Yang Bukan Murid Yesus Mengusir Setan dan Siapa Yang Menyesatkan Orang, Tentang Garam (Mrk. 9: 41 – 50). Bacaan Injil hari ini merupakan kelanjutan dari perikop Injil hari kemarin dilanjutkan dengan perikop baru hari ini. Jika bacaan Injil hari kemarin kita di ajak untuk berbuat baik, dan bagian terakhir dari perikop Injil hari kemarin yang dibacakan hari ini adalah sebuah penegasan bahwa setiap perbuatan baik pasti ada ganjarannya, yakni keselamatan hidup di akhirat (Surga). Dan pada perikop injil hari ini, Yesus mengingatkan kita untuk tidak boleh menyesatkan sesama terlebih anak kecil. Dan konsekuensi dari kita menyesatkan sesama, terlebih anak kecil adalah kebinasaan hidup diakhirat (neraka). Dan ada tiga anggota tubuh yang disebut dalam Injil hari ini, yakni tangan, kaki dan mata yang bisa membuat kita tersesat dan sesama. pertama tangan: biasanya untuk menulis “mengajar”, “menunjuk”. Maka, jika kita mengajarkan dan menunjuk “arah” yang salah, bisa jadi kita menyesatkan orang lain. Dan dalam falsafah 5 jari, satu jari kita menunjuk kesalahan orang lain, sedangkan 4 jari menunjuk kepada diri kita. Oleh karena itu, sebelum kita mengoreksi kesalahan orang lain, harus introspeksi diri terlebih dahulu. Jadi, hati hati dengan tangan kita, sebab bisa jadi ada madu dan racun yang bisa menyesatkan sesama.kedua kaki: biasanya untuk berjalan atau melangkah. Jika kita berjalan atau melangkah ke arah yang salah, atau menyimpang dari tujuan, maka yang terjadi adalah tersesat. Apalagi kalau kita pemandu jalan, maka bukan cuma kita yang tersesat, tetapi orang lain juga. Oleh karena itu, hati hati dengan kaki kita, kita harus berjalan atau melangkah dengan pasti. ketiga mata: biasanya untuk melihat, untuk membaca. Maka, kalau kita melihat dan membaca tulisan, tanda atau arah atau penunjuk salah, maka bisa jadi kita tersebut. Dan biasanya dosa itu berawal dari mata. Akhirnya, mari kita menjaga tangan, kaki dan mata kita dengan baik dan benar, untuk menolong atau membantu sesama dan bukan menjadi batu sandungan bagi sesama. Dan jika itu yang terjadi, maka kita ibarat garam yang tawar. Tetapi, setiap murid Yesus harus menjadi garam yang senantiasa memberikan citarasa yang enak, lezat, lewat cara hidup, cara bersikap, cara berperilaku, cara bertutur kata dan cara bertindak yang baik dan benar serta menyenangkan hati Tuhan dan sesama. Semoga demikian 🙏🙏

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WhatsApp

Adblock Detected

Nonaktifkan Ad Blocker untuk melanjutkan