Syarat Untuk Beroleh Hidup Yang Kekal, Iman Bukanlah Sekadar Narasi Rohani

Renungan oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK
SALVE bagimu para saudaraku yang terkasih dalam Kristus Tuhan. Apakah Anda sungguh-sungguh percaya kepada Yesus? Tetapi, harus diingat bahwa percaya kepada Yesus tidak hanya dalam bentuk NARASI, namun harus diwujudkan dalam AKSI nyata. Pada hari ini Gereja Katolik sejagat merayakan Pesta Pemuliaan Salib Suci.
Renungan hari ini, terinspirasi dari Injil Yohanes 3: 13 – 17, yakni percakapan dengan Nikodemus. Dalam bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk merenungkan misteri KASIH Allah yang begitu dalam: “Karena begitu besar KASIH Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Namun, iman dan percaya bukanlah sekadar pengakuan lisan atau narasi rohani atau spiritual. Iman dan percaya yang sejati menuntut keterlibatan total: hati yang percaya, pikiran yang memahami, dan hidup yang bersaksi.
Beriman dan percaya kepada Yesus berarti menerima bahwa Ia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, yang rela ditinggikan di kayu salib bukan untuk dipermalukan, melainkan untuk dimuliakan.
Dengan demikian, Salib Kristus adalah puncak KASIH dan teladan hidup. Maka, syarat untuk beroleh hidup yang kekal bukan hanya beriman dan percaya, tetapi juga meneladani Kristus dalam tindakan nyata:
Pertama_ *Mengasihi dengan tulus, seperti Yesus yang mengasihi bahkan mereka yang menyalibkan-Nya*
Kedua_:*Mengampuni tanpa syarat, seperti Yesus yang berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka…*”.
Ketiga_ *Melayani tanpa pamrih, seperti Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya*
Oleh karena itu, maka iman yang tidak diwujudkan dalam KASIH adalah iman yang mati. Maka, marilah kita menjadikan hidup kita sebagai kesaksian nyata akan KASIH Kristus. Dan ketika beban hidup terasa berat, pandanglah Salib-Nya. Di sana kita akan menemukan kekuatan, pengharapan, dan janji akan kemuliaan.
Ingatlah, bahwa Salib Yesus dan salib kita bukanlah akhir dari cerita, melainkan awal dari kehidupan yang kekal. Dengan menyatukan salib kita dengan Salib Kristus, kita pun dimampukan untuk berjalan dalam terang KASIH -Nya dan kelak dimuliakan bersama-Nya.
*Pertanyaan refleksi*:
1. Apakah iman saya kepada Yesus selama ini hanya sebatas pengakuan, atau sudah saya wujudkan dalam tindakan KASIH, pengampunan, dan pelayanan nyata?
2. Ketika menghadapi penderitaan atau salib hidup, apakah saya mampu memandang Salib Kristus sebagai sumber kekuatan dan kemuliaan, bukan sebagai beban semata?
3. Dalam kehidupan sehari-hari, sejauh mana saya berani mengasihi tanpa syarat, mengampuni dengan tulus, dan melayani tanpa pamrih seperti yang telah diteladankan oleh Yesus?
*Selamat berefleksi dan Selamat berhari Minggu.