Tolak Proyek Geotermal WKRI Keuskupan Agung Ende Berada Pada Jalur Yang Benar

ENDE,GlobalFlores.com-WKRI Keuskupan Agung Ende telah berada pada jalur yang benar dengan menolak proyek geotermal yang ada di daerah tersebut karena bagaimanapun ibu dan anak yang paling rentan terkena dampak dari proyek geotermal.
Ketua JPIC Keuskupan Agung Ende, RD Reginald Piperno mengatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam acara seminar yang diselenggarakan oleh WKRI DPC Ende, Sabtu (15/3/2025) di Kevikepan Ende.
Seminar dengan topik utama, Flores Pulau Geotermal, Untuk Siapa, menghadirkan anggota WKRI juga OMK serta unsur pemerintah.
RD Reginald Piperno atau yang akrab disapa RD Perno mengatakan bahwa proyek geotermal patut dipertanyakan keberadaanya di Pulau Flores khususnya dalam wilayah Keuskupan Agung Ende karena kehadirannya bukan untuk kesejahteraan semua masyarakat di Pulau Flores namun hanya untuk segelintir orang berjuis dan oknum warga tertentu saja yang mengail air keruh dibalik kehadiran proyek geotermal.
Dalam seminar yang dimoderatori oleh Lucia Banda, RD Perno mengatakan bahwa menyadari bahwa dalam perjalanan ada yang salah dari proyek geotermal maka wajar pihak Keuskupan Agung Ende melalui Uskup Paulus Budi Kleden SVD menyatakan dengan tegas menolak proyek geotermal di wilayah Keuskupan Agung Ende.
Adapun alasan yang mendasari pihak Keuskupan Agung Ende menyatakan menolak proyek geotermal yakni, Uksup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD prihatin terhadap wilayah Keuskupan Agung Ende yang terdiri dari gunung dan bukit menyisahkan lahan yang terbatas untuk pemukiman dan pertanian warga karena telah diambil untuk proyek geotermal.
Sementara itu dari aspek mata pencaharian, hampir delapan puluh persen umat Keuskupan Agung Ende adalah petani,ujar RD Perno.
Usaha pertanian sangat tergantung pada curah hujan, sebab sumber air permukaan tanah tidak banyak.
Pemanfaatan sumber daya air yang tidak tepat, dapat berujung pada kerusakan dan kelangkaan air serta berpotensi besar menimbulkan masalah sosial di tengah umat.
Dari aspek budaya, pertanian membentuk kebudayaan dan tradisi umat yang terungkap melalui struktur sosial dan ritus-ritus tradisional dan dengan kehadiran proyek geotermal dipastikan akan merusak tatanan sosial dan budaya maupun ekologi yang ada di wilayah Keuskupan Agung Ende,ujar RD Perno.
RD Perno mengatakan bahwa apa yang dikatakanya tersebut bukan sekedar retorika namun fakta di lapangan ketika ada proyek geotermal seperti yang terjadi di Mataloko maupun di Sokoria.
“Di daerah-daerah tersebut sebelumnya banyak ditemukan sayur yang segar ataupun mata air yang jernih namun sekarang telah berubah menjadi kering dan layu,”katanya.
Melihat berbagai kenyataan ada yang merugikan masyarakat maka ketika Flores ditetapkan sebagai Pulau Geotermal patut dipertanyakan keberadannya untuk siapa. Kalau hanya untuk segelintir orang atau oknum namun merugikan banyak orang maka lebih baik ditolak, ujar RD Perno.
RD Perno meminta kepada masyarakat yang wilayahnya masuk dalam rencana proyek geotermal jangan mudah tergoda oleh janji-janji manis atau uang dari investor karena dampak dari geotermal sangat merugikan untuk jangka panjang.
“Ada yang bilang menyerap tenaga kerja,tenaga lokal yang ditampung di proyek tersebut paling-paling tukang sapu atau petugas keamanan sedangkan yang lainnya datang dari luar,”kata RD Perno.