September Keramat Buat Nian Tana Sikka,Sayonara Paket ROMA
Oleh Marianus Gaharpung, Dosen F.H Ubaya Surabaya
Lagu yang sangat akrab di telinga anak anak SD di era 1980-an”
Sayonara … Sayonara … Sampai Berjumpa Pula … Buat Apa Susah … Buat Apa Susah … Susah Itu Tak Ada Gunanya … Buat Apa Susah … Susah Itu Tak Ada Gunanya …”
Sayonara berasal dari Bahasa Jepang yang artinya Selamat Tinggal. Ungkapan ini biasanya disampaikan ketika seseorang benar-benar akan berpisah dalam waktu yang cukup lama atau bahkan berpisah selama-lamanya.
Rabu, 20 September 2023 secara konstitusional, masa kepemimpinan Roby Idong dan Romanus Woga (Paket Roma) selesai.
Roma maju dan terpilih menjadi orang nomor 1 dan 2 di Nian Tana Sikka melalui jalur independen. Ketika kedua figur ini mendeklarasi diri maju, rakyat Nian Tana menyambut dengan sangat sukacita, terlihat dimana- mana Roma bergema sehingga sebelum perhelatan pilkada 2018, publik Nian Tana sudah meyakini pasangan muda tua ini pasti terpilih.
Ekspektasi warga Nian Tana luar biasa bahwa di tangan Roma, Nian Tana akan berkembang pesat. Apalagi Roby Idong mengklaim dirinya ahli pendapatan asli daerah.
Janji pemenuhan hak hak warga, yakni peningkatan kesehatan, pendidikan, ekonomi dan masih banyak yang lainnya sangat menghipnotis warga Nian Tana.
Sayangnya ternyata selama lima tahun semua itu hanya isapan jempol.
Fakta membuktikan bahwa Sikka dibawa kepemimpinan Roma tidak ada perubahan yang signifikan terutama dalam peningkatan perekonomian dan pembangunan serta penegakan hukum dalam tata kelola keuangan dan pembangunan.
Terbukti proyek-proyek dengan dana PEN mangkrak dimana-mana, tunggakan pajak Rp 30 miliar lebih, PAD tidak pernah mencapai target, dugaan korupsi benu berat (sangat banyak).
Publik Nian Tana Sikka menilai aspek kepribadian bupati yang doyan menyanyikan lagu Achmad Albar berjudul “rumah kita” gagal total.
Suka emosian membabi buta di depan warga dan anggota dewan di gedung terhormat Kulababong. Hampir semua janji paket Roma diduga tidak terealisasi alias berantakan. Tidak ada yang dibanggakan selama lima tahun Roma memimpin Kabupaten Sikka hanya “keakehan” (kebanyakan) janji tanpa tindakan.
No Action Talk Only, pemimpin yang hanya bisa beretorika tanpa mampu melakukan tindakan. Hanya bisa merencanakan visi namun tidak tidak mampu menjabarkannya lebih detail untuk menjadi sebuah tindakan.
Warga Sikka akhir- akhir ini menunjukan kekecewaan terbukti perbincangan di FB,WA dan lain lain secara vulgar tanpa tedeng aling aling meluapkan ketidaksukaannya.
September “keramat” buat warga Nian Tana Sikka karena ada fakta yang melegahkan dimana Roma meletakan jabatannya.
Semua kekecewaan dan ketidakpuasan telah terkubur dengan selesai masa kepemimpinan Paket Roma.
Roby dan Romanus tidak lagi sebagai pejabat negara melainkan warga negara biasa Nian Tana Sikka.
Penjabat Bupati Alfin Parera yang akan memimpin Sikka selama 1 tahun lebih mengisi kekosongan kekuasaan demi penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan pembangunan tetap berjalan serta mempersiapkan Pemilu Kada 2024.
Beban sangat berat yang mau tidak mau harus dipikul oleh penjabat bupati. Sikka dalam kondisi menjelang “pailit” sebab kas daerah kosong, pinjaman daerah menggunung, proyek dengan dana pinjaman hampir semuanya gagal total.
Prestasi yang ditinggalkan paket Roma warga Nian Tana melihat sendiri sehingga penjabat bupati wajib ekstra kerja keras untuk membawa Sikka keluar dari keterpurukan. Terutama dukung penegakan hukum dugaan korupsi di Pemkab Sikka.
Apalagi dari observasi dan kajian KPK, Sikka integritas pejabatnya rendah serta rawan korupsi.
Suka tidak suka Roma sudah undur diri sebagai pemimpin Nian Tana Sikka.
Pertanyaannya, Roby Idong atau Romanus Woga masih berkeinginan calon bupati? Sah- sah saja jika keinginan itu ada. Siapa yang tidak doyan menjabat bupati dengan seabrek kewenangan seperti “raja” di daerah.
Tetapi ingat yang merasakan keberhasilan atau tidak selama ini adalah warga Sikka. Warga Sikka yang mempunyai hak konstitusional memilih siapa yang layak memimpin Sikka 2024 2029.
Apakah Roby Idong, Romanus Woga atau newcomer (pendatang baru) yang layak atau tidak sebagai orang nomor 1 Nian Tana Sikka, semuanya ada dalam nurani warga Nian Tana.
Ingat salah lima menit dalam bilik pemilihan suara, dampaknya susah selama lima tahun dan sudah terjadi lima tahun kemarin. Janganlah kekecewaan itu terulang kembali.
Pilkada Sikka 2024 mendatang, dimana rakyat harus mulai sadar untuk tidak begitu gampang dininabobokan dengan gaya-gaya pemimpin yang suka janji dan “pole wote” alias ingkar janji.
Sikka butuh pemimpin yang tegas, berani, bersih, dan paham tata kelola administrasi pemerintahan, keuangan serta komitmen utuh dalam penegakan hukum.
Warga Sikka sudah mulai paham bahwa politik uang ternyata menghasilkan pemimpin sikka yang selama lima tahun tidak membuat Nian Tana Sikka tambah lebih baik melainkan berantakan.
Oleh karena itu, marilah bergandengan tangan satukan nurani memilih pemimpin yang tidak saja ngaku- ngaku diri ahli terpenting jujur, berani tidak plin plan mengambil keputusan serta rekam jejak baik agar Sikka dapat kembali bangkit dari keterpurukan selama lima tahun.