Regional

Ini Yang Dikatakan Khotib Pada Sholat Id di Lapangan Pancasila,Ende

ENDE,GlobalFlores.com—Drs Haji Ahmad Abdul Gefar selaku Khotib dalam kotbahnya pada pelaksanaan Sholat Idul Fitri 1443 H di Lapangan Pancasila, Kota Ende, Senin (2/5/2022) mengatakan bahwa banyak sekali sindiran Allah SWT, kepada orang yang hanya memenuhi salah satu tugas dengan mengabaikan tugas lainnya.

Misalnya dalam surat al-Ma’un dilontarkan celaan kepada orang – orang yang mengerjakan sholat tetapi suka menghardik anak yatim dan tidak mau peduli kepada orang miskin. Orang seperti ini dijuluki pendusta agama (yukadzdzibu bid-din).

Artinya : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang – orang yang sholat, yaitu orang – orang yang lalai sholatnya, orang – orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna (QS al-Ma’un (107 : 1 – 7),ungkap Haji Ahmad.

Orang seperti ini hanya melakukan tugas kehambaan saja dalam bentuk ibadah mahdah, tetapi ibadah sosial dia lalaikan.

Dikatakan meski mengerjakan sholat dan menyembah Allah, dia akan mengalami lupa akan makna sholatnya. Dia beribadah hanya secara formalistic, tetapi tidak secara substansialistik. Dalam kehidupan sehari – hari, dia sholat tetapi lisannya tidak dijaga, telinga tidak diperhatikan, mata berkeliaran ke mana – mana, kami melangkah ke jalan yang tidak dibenarkan, pemikiran menyalahi aturan.

Ini sindiran yang luar biasa dari Allah lewat surat al- Ma’un ini. Oleh karena itu, di dalam Islam, ritual ibadah selalu memiliki dua hal secara integaral,formalistil dan substansialistik harus dilakukan secara seimbang.

Dalam kasus ibadah puasa, juga demikian. Hadis Nabi mengartikan betapa banyak orang yang berpuasa, dia tidak mendapat apa – apa dari puasanya kecuali lapar dan haus.

Haji Ahmad mengatakan orang yang melakukan ibadah puasa tidak mendapatkan balasan apapun disebabkan dirinya tidak mampu membangun harmoni dalam kehidupan sosialnya.

Pikiran, gerakan, lisan dan anggota tubuh lainnya tidak terjaga dari perilaku destruktif.

Begitu pula ibadah haji, Nabi SAW menyebutkan Haji yang mabrur tidak ada balasan yang setimpal kecuali surge.

Ketika itu para sahabat menanyakan bagaimana haji yang mabrur itu, Rasullah menjawab, “Dia suka memberi makan dan rajin  menebarkan salam.

Artinya seorang yang telah melaksanakan haji baru disebut mabrur jika sekembalinya dari tanah suci dia peduli kepada sesamanya dan senantiasa menimbulkan kedamaian di sekelilingnya. Kalau tidak, maka hajinya mardud (tertolak) dan tidak ada surge baginya,ujar Haji Ahmad.

Memberi makanan merupakan wujud dari solidaritas kita. Orang yang memiliki kepedulian yang baik dan solidaritas yang tinggi kepada sesamanya. Sesungguhnya itu merupakan manifestasi dari amal ibadahnya,ujar Haji Ahmad.

Drs H Ahmad Abdul Gefar saat membawakan kotbah pada Sholat Id di Lapangan Pancasila, Kota Ende, Senin (2/5/2022)

Dikatakan sesungguhnya banyak cara untuk dapat memperkuat dan memperteguh potensi kefitraan itu, diantaranya adalah menghilangkan  atau meminimalisasi nafsu – nafsu kemanusian dan meneladani sifat – sifat Ketuhanan.

“Jika Tuhan  Maha Pengampun terhadap semua hamba – hambanya maka kitapun sedikit demi sedikit memberikan keikhlasan dalam memberikan ampunan kepada orang – orang yang telah menyakiti kita. Jika Tuhan Maha kasih dan saying terhadap hamba-Nya maka kitapun belajar mengasihi dan menyayangi orang – orang di sekitar kita,”katanya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WhatsApp

Adblock Detected

Nonaktifkan Ad Blocker untuk melanjutkan