Pemda Sikka Gelar Rakor Rabies
MAUMERE,GlobalFlores.com – Pemda Kabupaten Sikka menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) rabies yang melibatkan Bupati dan Camat dari seluruh Kabupaten Sikka, Selasa (9/5/2023) di Lantai 3 Kantor Bupati Sikka.
Kepala Dinas Pertanian, Jimi Sadipun pada kesempatan itu mengatakan bahwa kasus rabies di Kabupaten Sikka dari 21 kecamatan lebih didominasi oleh beberapa kecamatan diantaranya, Kecamatan Lela, Alok, Alok Timur, Waiblama, dan Kecamatan Talibura.
jimi menegaskan dengan maraknya virus rabies yang terjadi kabupaten Sikka, maka diwajibkan kepada para camat untuk terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar anjing peliharaan divaksin dan dan diikat.
” Terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar anjing selalu diikat dan divaksin,”kata Jimi.
Pada kesempatan itu praktisi kesehatan di Kabupaten Sikka,dr Asep Purnam mengatakan sebanyak 98 persen virus rabies berasal dari anjing, 2 persen lainnya berasal dari monyet dan kucing.
Hingga saat ini sebanyak 300 kasus rabies terjadi di Flores dan lembaga yang berasal dari anjing.
Menurut Asep penyebaran rabies sangat jelas, penyelesaianpun jelas, namun herannya tidak juga selesai hingga saat ini.
Asep menambahkan, cara mengatasi rabies yakni melakukan vaksinasi semua anjing yang ada di Flores dan Lembata.
Terkait vaksin Asep mengaku mendapat input dari covid 19. Menurutnya covid 19 berhasil turun lantaran adanya ketersediaan vaksin. Jika rabies berhasil turun maka semua anjing harus di vaksin, maka rabies dipastikan akan selesai.
Menjadi masalah kata Asep karena anjing tidak di vaksin. Jika anjing di vaksin mencapai 70 persen maka virus rabies tidak akan ada di Flores dan Lembata.
Hingga saat ini kata Asep vaksin rabies, belum jelas siapa yang menyiapkan logistik nya. Jika ada program nasional memberantas rabies, namun propinsi tidak menyiapkan uang daerah pun tidak menyiapkan uang.maka rabies tidak akan selesai.
Terkait program pemberantasan rabies secara Nasional lanjut Asep, terkadang ada dan terkadang tidak, sehingga terkesan tidak jelas.
Alasan pusat tidak jelas menurut Asep karena penganggarannya tidak fokus pada anjing. Mungkin anjing dinilai tidak memiliki nilai ekonomi.
Namun uniknya jika ada virus SARS anggarannya besar, karena babi memiliki nilai ekonominya dibanding virus rabies.
Solusinya kata Asep, perlu usaha untuk memberantas rabies mulai dari propinsi hingga ke tingkat kabupaten seluruh Flores Lembata.
Asep menambahkan bahwa di kabupaten Sikka terdapat 50.000 ekor anjing. Jumlah tersebut pemerintah pusat hingga daerah harus menyiapkan vaksin.
” Jika anjing mati karena rabies itu tidak masalah namun kalau manusia mati karena rabies itu masalah. Inibutuh usaha keras dari pemerintah pusat hingga daerah untuk menyiapkan vaksin. Jika anggaran tidak mencukupi maka dapat diusulkan menggunakan dana desa, “kata Asep. ( rel )