Opini

Sarjana Uniflor Ditantang Berani  Berkarya di Kampung

Oleh Dr. Sri Wahyuni, SP.,M.Si, Dekan Fakultas Pertanian Uniflor,Ende

Orasi Ilmiah Dibawakan Saat Wisuda Sarjana Uniflor Periode Semester Ganjil Tahun 2022, Rabu (8/6/2022)

Ijinkan saya membawakan orasi ilmiah sesuai dengan tema kegiatan yaitu “Melalui Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Kita Wujudkan Generasi Yang Unggul dan Terpercaya Sebagai Mediator Budaya”, dan saya mencoba untuk menginterpretasikannya secara sederhana dari sudut pandag saya sebagai pembina Kelas Kreatif Uma Rema Class, sebagai dosen, sekaligus sebagai Dekan pada Fakultas Pertanian Universitas Flores

Perubahan dan perkembangan di dunia industri, teknologi dan budaya semakin cepat, rumit dan tidak bisa diprediksi. Pun demikian dengan dunia pendidikan.

Performa kurikulum dengan cepat melakukan penyesuaian dan berubah menuruti kebutuhan pasar, oleh sebab itu kita ditantang untuk segera melakukan perubahan, segera move on dari kenyamanan agar kita bisa terus mengikuti dan relevan dengan kebutuhan global.

Berdasarkan arahan presiden kepada kementrian pendidikan yaitu setiap program kerja yang dihasilkan, prioritas utama luarannya adalah “SDM Unggul”, demikian halnya juga dengan program-program di perguruan tinggi dalam kaitannya dengan kegiatan tri dharma prioritasnya adalah SDM Unggul. 

Dan dampak terbesar yang dapat dilakukan oleh Perguruan Tinggi untuk menghasilkan SDM Unggul adalah sebagai pencetak pemimpin-pemimpin masa depan kita (yaitu mahasiswa), cara membentuk SDM Unggul salah satunya adalah melalui pendidikan karakter yang termaktub dalam proses pembelajaran, pembinaan dan pencetakannya harus tergambar jelas dalam kurikulum yang dijalankan.

Berbicara tentang kurikulum tentu kita berbicara tentang bagaimana peran dari unit pengelola, dosen pengampu matakuliah dan mahasiswa

Lantas bagaimana karakter mahasiswa itu dapat terbentuk dengan sempurna? Maka jangan berharap banyak bahwa karakter itu terbentuk di dalam kelas, melainkan kita harus ekstra dalam memberikan sentuhan, memfasilitasi dan memberikan akses kepada mahasiswa untuk langsung berhadapan dengan masalah-masalah di dunia kerja, mendekatkan mereka dengan dunia industri, membekali mereka dengan dasar-dasar teknologi dan memfasilitasi mereka agar mereka dapat menghasilkan inovasi. 

Sehingga pertanyaan terbesar saat orang tua menitipkan anak-anak mereka kepada lembaga pendidikan kita, seperti, nanti kalau lulus bisa apa? Kerja apa? Sesukses apa? Dan Karakternya bagaimana?. Untuk itu, seyogyanya semua kebijakan yang dibuat dalam kampus baik itu kebijakan dosen, kebijakan anggaran, kebijakan regulasi semuanya harus difilter untuk mengetahui apa dampakya terhadap mahasiswa.

Ada kegelisahan yang kami rasakan terhadap munculnya fenomena sekarang dimana sesuatu yang sifatnya formal dan memberikan proksi dari suatu kualitas, namun saat ini justru dipertanyakan.

Mengutip pernyataan mentri pendidikan saat beliau berpidato dihadapan para civitas akademika Universitas Indonesia, beliau berkata : kita saat ini telah memasuki era dimana Gelar tidak menjamin kompetensi, era dimana kelulusan tidak menjamin kesiapan berkarya dan bekerja, era dimana status akreditasi tidak menjamin mutu, era dimana masuk kelas tidak menjamin belajar.

Isu-isu tersebut, harus segera kita sadari, harus kita akui dan juga kita harus menyikapinya secara terbuka, jika tidak, maka kita tidak dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran di perguruan tinggi sehingga ini merupakan tantangan bagi kita sebagai seorang dosen.

Interpretasi kementrian pendidikan tinggi, terhadap pembentukan SDM unggul yang berkarakter adalah merdeka belajar dan guru atau dosen penggerak.  Kemerdekaan belajar merupakan kemerdekaan yang terjadi, disetiap jenjang unit dalam mengembangkan pembelajarannya sesuai karakter yang dimiliki.

Karena pemerintah telah memberikan kepercayaan, kebebasan dan otonomi, kepada institusi pendidikannya, maka seharusnya birokrasi ini juga dapat diadopsi, mulai dari tingkat Universitas, Fakultas, Program Studi, dan terakhir, kepada para dosen untuk diberikan kemerdekaan dari birokrasi kelembagaan perguruan tinggi, dan yang terpenting adalah mahasiswa diberikan kemerdekaan dalam belajar sesuai dengan keinginan, kebutuhan dan ketertarikan mahasiswa. 

Sebagai unit pengelola program studi atau Fakultas sekaligus sebagai dosen, perubahan ini sangat tidak nyaman namun jika kita tetap menginginkan bahwa program studi kita semakin relevan dan memberikan dampak positif terhadap mahasiswa pada saat mereka lulus, maka kita harus melakukan perubahan, sehingga ada korelasi dan relevansi antara program studi dengan bidang pekerjaan mahasiswa.

Kita juga harus sadari bahwa, pendidikan sarjana hanya merupakan starting point maka dari itu, sepantasnyalah, mahasiswa belajar banyak hal, dari dalam dan luar kampus, dan inilah yang disebut dengan merdeka belajar.

Guru atau dosen penggerak. Paradima dimana dosen menggurui, dosen berceramah, dosen memiliki informasi dan memberikannya kepada mahasiswa, saat ini telah berubah menjadi dosen menfasilitasi pembelajaran mahasiswa secara independent. Mari kita introspeksi diri dengan melihat ciri-ciri dosen penggerak yang diungkapkan oleh mentri pendidikan : 1) bangga terhadap kapabilitas mahasiswa yang melampaui kapabilitasnya, bukannya merasa terancam, 2) lebih banyak menggali informasi dari mahasiswa dan mengembangkan kemudian mengemasnya menjadi materi diskusi menarik dikaitkan dengan materi perkuliahan, daripada dia ceramah mengenai ilmunya, 3) mencari ilmu baru secara otomatis dan mencari orang-orang lain yang tepat untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dalam kelasnya, 4) akan merekam ceramahnya atau materinya untuk dibagikan kepada mahasiswa dan didalam kelas, hanya melakukan sesi diskusi atau debat dan kerja dalam kelompok, 5) akan mengerjakan berbagai macam projek diluar kampus tapi melibatkan mahasiswanya agar mereka mendapatkan pengalaman nyata, 6) tidak mengujikan hasil hafalan teori kepada mahasiswa dalam bentuk apapun melainkan memberikan ujian berbasis masalah secara kreatif.

Interpretasi dosen penggerak tersebut tentu tidaklah mudah untuk dijalankan, tetapi kita wajib untuk dicoba dan memulai.

Mediator budaya adalah gambaran sosok yang sangat sakral, dimana untuk menjadi seorang mediator budaya diperlukan kemampuan khusus agar IPTEKS yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan dan dunia industri dapat tersampaiakan dan bermanfaat bagi masyarakat.

Sebaliknya dimana nilai-nilai budaya yang dijalankan dalam masyarakat dan mengandung nilai-nilai imiah dapat dikaji oleh lembaga pendidikan untuk menghasilkan inovasi tepat guna. 

Penguasan teknologi informasi, ilmu dasar sesuai kompetensi yang nantinya dapat dikolaborasikan dengan ilmu-ilmu lain, kemampuan memetakan diri dan melihat potensi wilayah yang dapat dikembangkan, kemampuan membentuk komuitas dan jejaring kemitraan, menguasai skill fasilitasi, kepemimpinan dan penguasaan media publikasi. Hard dan soft skill tersebut yang kemudian dipadukan dengan kemampuan akademik harus dimiliki seorang sarjana lulusan Universitas Flores, agar mampu menyandang peran sebagai mediator budaya.

Fakultas Pertanian Universitas Flores sadar akan kebutuhan tersebut, dimana hard skill dan soft skill tersebut tidak mungkin di dapatkan di dalam kelas dengan metode pembelajaran konvensional, sehingga pada tahun 2019, kami membentuk sebuah kelas kreatif bernama Uma Rema Class yang menjadi wadah uji coba kami dalam pembetukan dan pengembangan karater mahasiswa, diluar kemampuan akademiknya.

Dengan mengusung metode pembelajaran orang dewasa maka secara personal, mereka diberikan kemampuan sebagai seorang active citezen, skill fasilitasi, membentuk jejaring, fotografi, dasar jurnalistik, content creator, desain grafis dan pablik speaking.

Lantas pertanyaannya, apakah mereka mahir dengan hal-hal tersebut, jawabannya adalah tidak tetapi mereka mampu berkembang sesuai dengan skill yang mereka dapatkan sebagai bekal untuk mengeksplorasinya dalam bidang pertanian.

Berbekal kemampuan tersebut, mereka diajak untuk bergiat dalam projek pengabdian dan riset dosen, bersama petani dikebun dan memberikan kepercayaan kepada mereka untuk membuat program, menyelesaikan permasalah secara kreatif dengan menciptakan beberapa alternatif solusi, memberikan ruang kepada mereka untuk menjadi fasilitator dalam setiap kegiatan pengabdian dosen dan memfasilitasi mereka untuk berkolaborasi dengan para mitra.

Melalui bekal tersebut maka pada tahun 2021 Uma Rema Class mendapatkan pendanaan Program Holistik Pengembangan dan Pembinaan Desa dan Tahun 2022 mendapatkan pendanaan Hibah Program Pengembangan Kapasitas Organisasi Mahasiswa, selain itu Uma Rema Class juga dipercayakan untuk turut andil dalam mengawal program beberapa mitra seperti peningatan kualitas biji kakao premium untuk kebutuhan expor bersama koperasi Kopan Sikap di Kecamatan Nangapanda, pengembangan wisata kopi di Desa Wologai Tengah dan penerapan light trap untuk menekan penggunaan pestisida sebagai bentuk dukungan program Ekowisata di desa Detusoko Barat.

Sayangnya dalam bergiat mereka masih terkendala perijinan perkuliahan dengan dosen lainnya sehingga ruang gerak mereka sangat terbatas.

Dengan berlakunya kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka menjadi berita baik khususnya untuk mahasiswa dan komunitas kami serta Fakultas Pertanian umumnya. 

Dimana aktivitas kami diluar kampus dapat diakomodir dalam kurikulum dan mendapatkan pengahrgaan nilai sesuai capaian pembelajarannya.

Perpaduan aktivitas diluar kampus yang telah mendapat pengakuan masyarakat dengan kemampuan akademik yang memadai menjadikan kami yakin lulusan kami nantinya adalah lulusan yang pantas menyandang gelar “Mediator Budaya”.

Akhir dari orasi ini saya memberikan chalange kepada para sarjana baru, Hai sarjana baru….beranikah pulang kampung dan berkarya di kampung ?.

Untuk para dosen siapkah kita menjadi dosen penggerak? dan Untuk para pimimpinan unit mari kita coba memetik hikmah dari satu jari telunjuk mengarah keluar dan 4 lainnya mengarah kepada kita, mari kita memulai dari diri kita sendiri untuk memberikan contoh yang baik.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WhatsApp

Adblock Detected

Nonaktifkan Ad Blocker untuk melanjutkan