Regional

Anggota DPRD Sikka Ini Sebut Pemotong Dana Sertifikasi Guru Adalah Maling

MAUMERE, GlobalFlores.com – Anggota DPRD Sikka, Yoseph Nong Soni menyebut tiga  pelaku pemotongan dana sertifikasi guru  sebagai maling, yang telah mengorbankan ratusan guru di Kabupaten Sikka.

Hal ini terungkap dalam kegiatan Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPRD Kabupaten Sikka dengan para pelaku pemotong dana sertifikasi guru, yakni mantan Kepala Dinas PKO, Yoseph Heriyanto Vandiron Sales yang akrab dipanggil  Heri Sales,  bendahara PKO, Irma dan Operator PKO, Iswadi,Jumat (28/7/2023).

Soni bahkan menuding ketiga pelaku tersebut diantaranya mantan Kadis PKO Yoseph Heriyanto Vandiron Sales yang akrab dipanggil  Heri Sales, Irma selaku bendahara  dan Iswadi selaku Operator, telah bekerja sama  untuk melakukan pemotongan sertifikasi guru tersebut.

Ketiganya, menurut Soni tidak akan mengaku, apalagi DPRD juga tidak memiliki alat untuk menguji kebenaran.

Soni menyebut menyampaikan bahwa DPRD Sikka hanya sebatas untuk mengambil informasi, dan kemudian memberikan solusi dan dukungan untuk menyelesaikan pembayaran sertifikasi guru tersebut.

“ Dari sisi mekanisme kerja sama  itu saja sudah salah. Kerja sama itu terjadi ketika  ditandatangani oleh bendahara mengetahui Kadis PKO.  Kali  lalu itu kita pernah dengan dari keuangan dan itu mekanisme dan prosedurnya. Kalau hari ini bendahara bahwa itu tidak benar lalu kenapa kau potong.  Jadi jangan bawa cerita yang tidak sesuai dengan substansi,”kata  Soni.

Sertifikasi tahun 2023 lanjut Soni,  tetapi bendahara menyampaikan bahwa  tahun 2022, pernah memberikan cek kosong kepada kepala dinas. Soni menilai tidak ada hubungannya. 

Soni mengaku bahwa adanya upaya-upaya  untuk mempersulit, dan rumit.  Soni juga melihat dari gestur dari para pelaku  yang saat itu hadir dalam ruang sidang.

“Siapa yang paling kooperatif ketika  persoalan ini didalami di DPRD.  Pada awalnya saat diundang Iswadi  ada di Batam,  saat dipanggil lagi  Iswadi Sholat,  kemarin di panggil spontan  Iswadi pingsan.

Menurut Kadis PKO Germanus Goleng, bahwa tadi sehat-sehat, tetapi setelah mau kesini pingsan. Pingsan ini, kita ini juga punya utang, dan kalau maling saya juga pernah jadi maling, tetapi angkanya tidak sampai ratusan juta,” kata  Soni.

Menurut Soni ruangnya bukan di DPRD tetapi  di pengadilan untuk membutikan siapa yang paling jujur.

Kepada Iswadi Soni menekankan bahwa sebanyak 116 orang guru yang  merupakan nasabah KSP Nasari. Namun Iswadi menyampaikan sebanyak 810 oarang.

“Dari pernyataan Nasari yang   dipotong hanya 118 orang guru, dan data yang disampaikan Iswadi sebanyak 820 orang guru, namun yang di potong sebanyak 810 orang guru.  Pertanyaannya bagaimana mungkin bank NTT melakukan  pemotongan seperti ini, siapa yang memberikan datanya,”kata  Soni.

Soni dengan tegas mempertanyakan siapa yang membuat data hingga mencapai 810  tersebut.

Menurut  Soni sangat tidak mungkin Bank NTT melakukan   pemotongan  kalau tanpa data yang diberikan oleh Dinas PKO. 

“Jadi dari 820 dipotong  menjadi 810, Bank NTT  itu tidak tahu karena datannya dari Dinas,  karena selalu  sering apa lagi mitra,”kata  Soni. (rel )

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WhatsApp

Adblock Detected

Nonaktifkan Ad Blocker untuk melanjutkan