Religi

Sebagai Manusia Sepatutnya Kita Tahu Berterima Kasih dan Bersyukur

Renungan, Minggu (11/10/2025) oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, BHK

SALVE bagimu para saudaraku ytk.dalam Kristus Tuhan. Jika di hari ini kita masih diberi nafas kehidupan dan kesehatan, ini adalah anugerah dari Tuhan. Oleh karena itu,  sudahkah Anda  berterima kasih atau mengucap syukur kepada Tuhan, saat Anda bangun dari tidur tadi pagi? Pada hari ini kita memasuki hari Minggu biasa XXVIII.

Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 17: 11 – 19, yakni kesepuluh orang kusta.

Dalam bacaan Injil hari ini, dikisahkan sepuluh orang kusta berseru memohon belas kasihan kepada Yesus. Mereka semua disembuhkan. Namun hanya satu yang kembali, bersujud di kaki-Nya dan mengucap syukur. Ia adalah orang Samaria, orang asing yang justru menunjukkan iman dan HATI yang tahu berterima kasih.

Yesus berkata: bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah sembuh? Di manakah yang sembilan lainnya? Jadi, mereka telah menikmati kesembuhan, tetapi lupa kepada Sang Penyembuh.

Mereka melanjutkan hidup tanpa memuliakan Allah. Mereka adalah gambaran dari HATI yang tidak tahu berterima KASIH, HATI yang merasa cukup dengan berkat, tetapi lupa kepada Pemberi berkat.

Bagaimana dengan kita hari ini ? 

Apakah kita seperti orang Samaria yang kembali kepada Tuhan dengan HATI penuh syukur, karena kita sadar bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya, entah itu: kesehatan, nafas kehidupan, keberhasilan dalam usaha, keharmonisan dalam keluarga.

Atau kita seperti sembilan orang lainnya yang merasa bahwa keberhasilan, kesehatan, dan kelimpahan adalah hasil dari usaha kita sendiri? Jika kita menjadi orang yang tidak tahu berterima KASIH kepada Tuhan, maka kita sedang berjalan di jalan kesombongan. Dan kesombongan menutup pintu keselamatan. Sebaliknya, HATI yang tahu bersyukur adalah HATI yang terbuka bagi KASIH karunia. Yesus berkata kepada orang Samaria itu: 

“Imanmu telah menyelamatkan engkau.” 

Kiranya kata itu juga menjadi milik kita, jika kita memilih untuk bersyukur, percaya, dan memuliakan Tuhan dalam segala hal. Akhirnya, wujudkan juga terima kasih kepada sesama yang telah berbuat baik kepada kita. Ingatlah, Tuhan hadir di dalam diri orang yang telah berbuat baik kepada kita. Dan diri kita adalah juga tanda kehadiran Tuhan. Maka, mari kita terus menebarkan kebaikan kepada sesama, sembari jadilah pribadi yang rendah hati, yang tahu berterima KASIH kepada Tuhan dan sesama. Semoga demikian.

Pertanyaan refleksi:

1. Apakah aku sungguh menyadari bahwa setiap berkat yang kuterima: kesembuhan, keberhasilan, dan kehidupan adalah pemberian Tuhan, bukan semata hasil usahaku?

2. Dalam keseharianku, seberapa sering aku kembali kepada Tuhan dengan HATI yang bersyukur, seperti orang Samaria yang memuliakan Allah dan sujud di kaki Yesus?

3. Adakah kesombongan dalam diriku yang membuatku lupa berterima kasih, dan bagaimana aku bisa belajar untuk lebih rendah hati dan bersyukur setiap hari?

Selamat berefleksi dan Selamat berhari Minggu

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WhatsApp

Adblock Detected

Nonaktifkan Ad Blocker untuk melanjutkan