Selalu Berbuat Baiklah Kepada Sesama Agar Tidak Ada Penyesalan Di Masa Mendatang

RenunganMinggu (28/9/2025) Oleh: Fr. M.Yohanes Berchmans, BHK
SALVE bagimu para saudaraku ytk.dalam Kristus Tuhan. Adakah Anda pernah mengalami penyesalan selama hidup? Dan biasanya penyesalan selalu datang kemudian. Setelah kejadian atau peristiwa menimpa kita, baru kita sadar. Jadi, menyesal kemudian tidaklah berguna. Pada hari ini kita memasuki hari Minggu biasa XXVI.
Renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 16: 19 – 31, yakni orang kaya dan Lasarus yang miskin. Dalam bacaan Injil hari ini, kita melihat kontras yang tajam antara dua kehidupan: orang kaya yang hidup dalam kemewahan, dan Lasarus yang miskin, tergeletak di depan pintu rumahnya. Ironisnya, anjing-anjing peliharaan orang kaya itu lebih peduli pada Lasarus daripada tuannya sendiri.
Orang kaya itu memiliki segalanya secara materi, namun ia miskin secara hati nurani. Ia buta secara indrawi dan batiniah, tak mampu melihat penderitaan yang ada tepat di hadapannya. Ketika hidupnya berakhir, ia baru menyadari betapa sia-sia kekayaannya jika tidak digunakan untuk kebaikan sesama, khususnya yang miskin atau yang berkekurangan.
Namun penyesalan itu datang terlambat. Ia menderita dalam nyala api di Neraka, Andai selama hidup di dunia, orang kaya itu bermurah hati kepada orang miskin, seperti Lazarus, pastilah ia tidak menderita di api Neraka.
Sementara itu, Lasarus yang selama hidup di dunia menderita miskin, dia menikmati sukacita abadi di pangkuan Abraham. Bisa jadi Lazarus miskin secara materi, tetapi kaya secara rohani atau hati nurani, sehingga ia menikmati sukacita di Surga.
Beberapa poin (puncta) renungan untuk kita:
Pertama Kekayaan bukanlah dosa, tetapi ketidakpedulian adalah kejatuhan.
Kedua Hati yang tertutup bagi sesama adalah awal dari kebutaan rohani.
Ketiga Memberi bukan soal jumlah, tetapi soal ketulusan dan belas kasih. Jadi, saat ini, kita masih diberi waktu. Kita masih berziarah di dunia ini.
Bacaan ini bukan sekadar kisah masa lalu, tetapi peringatan yang hidup bagi kita semua. Jangan tunggu sampai semuanya terlambat. Gunakan berkat yang Tuhan titipkan untuk menjadi saluran KASIH bagi sesama. Jangan pelit, jangan menunda, dan jangan memberi dengan syarat. Sebab harta kita bukan milik kita sepenuhnya, itu adalah titipan Tuhan untuk dibagikan.
Oleh karena itu, jangan biarkan penyesalan menjadi akhir cerita kita. Biarlah kemurahan hati menjadi awal sukacita kekal.
Pertanyaan refleksi:
1. Apakah selama ini aku cukup peka terhadap penderitaan orang-orang di sekitarku, atau justru mataku tertutup oleh kenyamanan hidup sendiri?
2. Bagaimana aku menggunakan berkat dan kekayaan yang Tuhan titipkan—apakah sudah menjadi saluran kasih bagi sesama yang membutuhkan?
3. Jika hari ini adalah hari terakhirku di dunia, apakah aku akan bersukacita atau menyesal atas cara hidupku selama ini. ?
Selamat berefleksi dan Selamat berhari Minggu.