Saatnya Kabupaten Sikka Dipimpin Duet Pengusaha Dan Birokrat
Oleh Marianus Gaharpung,Dosen F.H Ubaya Surabaya
Kabupaten Sikka dari dulu hingga kini tetap saja meraih predikat kabupaten miskin. Stikma miskin bagaikan “karma” yang membuat semua warga kehilangan daya berusaha untuk keluar dari kata bernuansa negatif itu.
Setiap pergantian kepemimpinan Nian Tana Sikka dengan berbagai visi misi membangun Sikka semuanya hanya jadi pajangan saja. Tidak mampu dikonkritkan dalam tata tindak pejabat publik dalam setiap kebijakan pembangunan Nian Tana Sikka.
Terbukti setelah terpilih, sebagian besar yang dijanjikan dalam visi misi tidak dilakukan. Pertanyaan mengapa tidak dilakukan? Jawabannya bervariatif mulai pemimpinnya merasa diri berkuasa penuh sehingga memikirkan bagaimana caranya lima tahun agar mengisi pundi pundi pribadi dengan duit karena terpilih kembali untuk periode kedua tidak ada jaminan pasti.
Membangun perilaku kolusi, korupsi serta nepotisme. Dana untuk proyek negara selalu bocor karena sudah diembat duluan sebelum proyek mulai dikerjakan.
Mutasi jabatan ASN sarat nepotisme serta ada dugaan pemerasan terhadap ASN yang akan menduduki jabatan tertentu.
Produktivitas kerja ASN sudah pasti rendah tidak ada kreativitas dan inovasi untuk bagaimana caranya agar PAD meningkat. Banyak sumber daya alam hanya terus menjadi potensi tidak mampu distimulus menjadi “barang jadi” siap dijual agar perekonomian daerah terutama warga dapat meningkat.
Tidak terlihat sama sekali inisiatif pejabat publik mendorong, membina, memotivasi beri modal, beri pasar kepada para pelaku UMKM. Justru yang terjadi sebaliknya pejabat mengancam warga yang berinisiatif berusaha agar menghentikan aktivitasnya. Cara kerja preman birokrasi.
Ini realita yang sedang dan terus dipertontonkan pejabat publik dalam tata kelola administrasi Pemkab Sikka. Jika hal-hal negatif ini dipelihara, maka siapapun pemimpinnya, Nian Tana Sikka terus dengan predikat kabupaten miskin.
Tahun ini, Kabupaten Sikka termasuk salah satu yang akan melaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada). Suksesi kepemimpinan lima tahunan diselenggarakan secara serentak tanggal 27 November di 545 daerah.
Media online ramai membahas siapa figur yang pantas membawa Nian Tana Sikka agar terlepas dari predikat kabupaten miskin. Pemimpin yang terus menjadi batu sandungan Sikka dalam kondisi miskin harusnya jangan dipilih kembali.
Warga Sikka jangan memilih pemimpin yang sarat janji janji surga. Kesalahan lima tahun kemarin memilih pemimpin Sikka jangan kembali terjadi pada pilkada 27 November 2024.
Beberapa bupati wakil bupati dengan latar belakang birokrat dan/atau politisi buktinya korupsi, proyek mangkrak, mutasi pejabat masih kental nepotisme serta dugaan pemerasan, investasi nihil, transportasi khusus udara kembali kondisi tahun 1970an, potensi pariwisata, pertanian, perikatan hanya habis untuk konsumsi warga saja.
Persoalan tersebut terus saja terjadi dari bupati wakil bupati ke bupati wakil bupati berikut seakan “arisan” saja. Pertanyaannya mengapa semua pemimpin seperti itu? Jawabannya pemimpin mengabdi tidak dengan hati. Pemimpin belum selesai dengan dirinya.
Sehingga jabatan bukan “ibadah” yang wajib dilakukan penuh tanggungjawab kepada warga dan Tuhan tetapi bagaimana caranya dengan power yang dimiliki dapat menjadi “mesin” pencetak uang buat pribadinya dan keluarga/ kroninya.
Sikka periode 2024- 2029 wajib dipimpin oleh enterpreneur (pengusaha) duet birokrat. Ada beberapa reasoning. Pertama, lahirnnya Undang Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2023 Tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang.
Artinya bupati wakil bupati dan jajaran ASN Pemkab Sikka wajib melakukan eksplorasi dan eksploitasi potensi sumberdaya alam menjadi barang jadi untuk dijual di “pasar”. Hal ini dibutuhkan pemimpin yang menpunyai insting pengusaha. Kedua, agar investasi tumbuh, maka pola kerja pemimpinnya harus praktis tidak bertele tele dan lebih mempermudah dalam pelayanan bukan berarti melanggar peraturan (diskresi).
Hal ini ada pada perilaku pengusaha bukan politisi. Ketiga, pengusaha lebih mengutamakan produk daripada prosedur yang berbelit belit yang selama ini menjadi keluhan pelaku usaha UMKM.
Mengapa duet pengusaha dan birokrat dibutuhkan Sikka saat ini ?.
Pertama, karena selama ini belum pernah ada bupati wakil bupati Sikka latar belakang pengusaha dan birokrat.
Kedua, ada perubahan sistem dan organisasi pemerintah secara fundamental. Dalam arti konsep pelayanannya lebih memprioritas aspek peningkatan efektivitas, efisiensi, dan kemampuan instansi pemerintah dalam melakukan inovasi.
Ketiga, membangun visi birokrasi, membangun manusia birokrasi, membangun sistem birokrasi yang mengarah kepada tata kerja “swasta” yang praktis konkrit dan yang proseduralnya sederhana yang pasti tidak akan menyusahkan warga.
Semoga impian warga Nian Tana Sikka dapat terwujud dalam suksesi kepemimpinan 27 November 2024. Nian Tana Sikka kali ini dipimpin Bupati Wakil Bupati Sikka duet pengusaha dan birokrat agar keluar dari lilitan kemiskinan. Amin!