Widya Prada Dari BPMP NTT Bilang Ada Anak SD Kelas III di NTT Belum Bisa Baca,Miris
ENDE,GlobalFlores.com-Yandri Snae selaku Widya Prada dari Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi NTT,saat membawakan materi pada kegiatan Pelatihan Reading Camp Bagi Fasilitator Daerah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende,Selasa (30/1/2024) mengatakan bahwa semenjak kasus covid terjadi membuat dunia pendidikan di NTT anjlok dan salah satu indikatornya ada anak SD meskipun telah duduk di kelas 3 SD namun belum membaca.
Di hadapan para kepala sekolah dan juga guru-guru saat berbicara di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende yang dijadikan sebagai lokasi pelatihan,Yandri mengatakan bahwa kasus ada anak SD meskipun telah kelas 3 SD belum bisa baca justru terjadi di sekolah yang ada di Kota Provinsi NTT,Kota Kupang.
“Tidak tahu kalau di daerah yang saya temukan justru sekolah tersebut tidak jauh dari Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT maupun Kantor Gubernur NTT,”kata Yandri.
Akar permasalahan itu disebabkan oleh kasus covid yang terjadi di tanah air dan juga di NTT sehingga menyebabkan semua sekolah ditutup dan pihak sekolah menerapkan sistem belajar dari rumah (BDR).
Saat BDR tersebut tidak menjadi jaminan para siswa belajar dan yang terjadi mereka bermain,ujar Yandri.
“Orang lain BDR yang artinya belajar dari rumah. Namun kita di NTT malahan terbalik menjadi bermain dari rumah,”kata Yandri.
Yandri mengungkapkan dari kasus tersebut menunjukan bahwa yang menjadi masalah pendidikan di NTT bukan soal literasi namun pra literasi karena pra literasi yang menghantar seseorang menuju literasi.
“Bagaimana orang gemar literasi membaca saja belum bisa,”ujarnya.
Yandri meminta kepada kepala sekolah atau guru apabila menemukan siswa yang belum bisa baca meskipun yang bersangkutan telah kelas 3 bahkan 4 SD maka diharapkan kesabarannya untuk terus melatih yang bersangkutan untuk membaca.
Karena dengan demikian ujar Yandri apabila di kelas semua siswa telah bisa membaca maka bukan saja menolong dirinya sendiri namun juga menolong para guru.
Apabila siswa semuanya sudah bisa membaca maka guru sudah bisa memulai dengan pelajaran yang lain. Kan tidak mungkin seorang guru bisa memulai pelajaran baru apabila siswanya belum bisa membaca,ujar Yandri.
Yandri mengungkapkan bahwa kasus covid memang melumpuhkan pendidikan di NTT karena saat itu orang tinggal memilih kalau mau pintar ya mati dan kalau bodoh tetap hidup.
Di NTT sebenarnya literasi memang sudah merah sebelum kasus covid apalagi setelah ada kasus covid,ujar Yandri.