Renungan Oleh, Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk – Kepala Sekolah SMPK Frateran Ndao,Ende
Ia Harus Dinamai Yohanes.
SEMANGAT PAGI, Sudahkah anda mengawali hari baru ini dengan doa dan ucapan syukur? Jangan lupa untuk memberikan senyum, sapa, salam, sopan dan santun kepada sesama. Dan semoga harimu indah dan menyenangkan! Pada hari ini, gereja katolik sejagat, merayakan Hari Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis.
Dan renungan hari ini terinspirasi dari Injil Lukas 1: 57 – 66.80. Sebagaimana yang diceritakan bahwa Elisabet mengandung dan melahirkan Yohanes Pembapatis, diusia senja bersama Zakaria suaminya juga di usia senja.
Oleh karena itu, kelahiran Yohanes Pembaptis merupakan sebuah anugerah dari Allah, buah dari ketekunan doa, yang tak kunjung hanti dan kesabaran, serta kesetiaan iman Elisabet dan Zakaria kepada Tuhan.
Penantian yang cukup lama hingga usia senja, dibayar lunas dengan kelahiran Yohanes sebagai perintis bagi kedatangan Tuhan Yesus di dunia.
Nama Yohanes, yang diberikan oleh Elisabet dan diamini oleh Zakaria, bukan sembarang nama, melainkan memiliki arti atau makna: Tuhan merahimi atau Tuhan murah hati.
Hal ini memang benar, sebab jika dilihat dari usia manusia, Elisabet yang sudah lanjut usia atau uzur, tidak mungkin bisa melahirkan, apalagi usia Zakaria pun sudah lanjut usia.
Oleh karena itu, kelahiran Sang putera merupakan anugerah dan karena kemurahan hati Tuhan semata. Dan itulah alasannya, mengapa sang bayi diberi nama Yohanes.
Dan Yohanes pun memiliki sifat yang jujur, rendah hati dan tahu diri.
Maka, mari kita belajar dari Elisabet dan Zakaria tentang ketekunan dalam doa, kesabaran dan kesetian dalam iman. Dan dari puteranya Yohanes pembaptis kita belajar kejujuran, kerendahan hati dan tahu diri.
Semoga demikian.