MAUMERE, GlobalFlores.com – Sebanyak 6 unit kapal nelayan bantuan Kemensos RI di Kecamatan Bola,Kabupaten Sikka sudah rusak sebelum dioperasikan para nelayan.
Kelompok nelayan penerima bantuan tersebut pun merasa kecewa, atas bantuan kapal yang menghabiskan dana miliaran rupiah.
Hal ini disampaikan Seno salah seorang anggota kelompok nelayan di Kecamatan Bola, Kamis (13/4/2022).
Seno mengaku, kapal fiber bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos) RI tersebut yang dikerjakan di Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka ini, belum sempat digunakan namun sudah mengalami kerusakan.
Mesin dengan daya 30 PK itu ternyata mengalami kerusakan pada pangkuan mesinnya yang hanya dibuat dari seng plat.
“Mesin kapalnya baik. Tapi cara kerjanya yang buat kami kecewa. Masa, mesin penggeraknya 30 PK tapi landasan pangkuan mesin terbuat dari seng plat, “kata Seno
Seno menjelaskan bahwa landasan pangkuan mesin merupakan bagian paling penting dan menjadi inti dalam kapal. Jika pangkuan mesinnya pata kata Seno maka akan sangat berpengaruh terhadap onderdil lainnya yang ada dalam kapal tersebut.
Kapal Fiber bantuan itu mulai mengalami kerusakan sejak diluncurkan 4 April 2023 di Pantai Waihubing, Kecamatan Kangae oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Usai diluncurkan itu Seno bersama anggota kelompok nelayan asal Bola, mencoba menghidupkan mesin kapal untuk berlayar menuju ke Bola. Saat mesin dihidupkan, dan kapal mulai jalan secara tiba -tiba landasan mesinnya patah.
“Untung saja patahnya di lokasi Pantai Wairhubing. Seandainya patah di tengah laut, tidak tau lagi nasib kami seperti apa, ” kata Seno.
Patahnya landasan mesin kapal itu, Seno bersama sejumlah nelayan terpaksa harus terjun ke laut dan berusaha berenang menuju ke pantai untuk meminta bantuan tekhnisi memperbaikinya, yang saat itu masih berada di Pantai Waihubing, tempat pembuatan kapal fiber tersebut.
Herannya setelah dilakukan perbaikan oleh tehknisi itu, mesin kapal jutru tidak mengalami perubahan, kondisi kapal tetap sama tidak dapat berjalan, karena kondisi landasan pangkuan mesinnya patah.
“Akhirnya saya bersama nelayan lainnya memutuskan bertahan semalaman diatas kapal di Pantai Wairhubing. Besoknya pada hari Rabu tanggal 5 April sekitar jam 5 pagi, baru kami minta bantuan bodi lampara untuk tonda kapal kami ke pelabuhan Wuring untuk diperbaiki, ” kata Seno.
Lantaran belum diperbaiki landasan pangkuan kapal tersebut, kapal fiber tesebut tidak dapat berlayar ke Bola untuk melaut mencari ikan.
Menurut Seno, kapal fiber yang dilengkapi peralatan yang modern dan cukup cangih semestinya mendapatkan hasil tangkapan yang banyak.
“Persoalan landasan pangkuan mesin ini hampir semua kapal alami hal yang sama. Tapi mau bagaimana lagi karena namanya juga bantuan sehingga tetap kita harus manfaatkan, ” kata Seno.
Hingga saat ini lanjut Seno, kapal Fiber yang diberikan kepada kelompoknya, masih dalam taraf berbaikan di Pelabuhan Wuring. Dalam proses perbaikan itu Seno mengaku sudah menghabiskan anggaran senilai Rp 2 juta.
Seno pun berharap agar Pemerintah Kabupaten Sikka melakukan evaluasi, agar kedepan jika ada bantuan kapal kepada para nelayan perlu memperhatikan cara kerjanya, termasuk bagian penting pada mesin kapal.
Menurutnya jika cara kerja yang dilakukan oleh pekerja kapal fiber maka pemakaiannya dipastikan tidak akan lama, dan hanya menghabiskan anggaran yang mencapai miliaran rupiah.
Sementara itu Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sikka, Rudolfus Ali, saat dikonfirmasi wartawan mengaku, bahwa dari 25 unit kapal bantuan itu saat diluncurkan dalam kondisi baik. Namun demikian masih ada 6 unit kapal yang mengalami trouble.
“Saya pastikan semua unit kapal bantuan dalam kondisi baik maka diluncurkan. Tidak ada kapal yang rusak. Tapi ada trouble. Karena saya ikut menyaksikan langsung acara peluncuran kapal sampai ke tengah laut. Bahkan saya juga sampai jam 2 subuh baru pulang, “kata Rudolfus.
Dari 6 unit kapal yang mengalami trouble itu salah satunya kapal nelayan untuk kelompok nelayan Bola.
“Ada trouble, seperti landasan pangkuan mesin bautnya kurang kencang, selang air melengkung, dan lainnya, ” ujar Rudolfus Ali.
Menurut Rudolfus, terdapat 6 unit kapal yang mengalami masalah, namun ketika itu juga langsung ditangani oleh tehknisi hingga tuntas, walaupun hanya satu orang.
“Mestinya, jika ada keluhan dari nelayan penerima manfaat harus disampaikan ke teknisi atau kami agar dicarikan solusinya. Karena itu tanggung jawab kami. Bukan ada masalah, lalu berjalan sendiri, ” ujar Rudolfus.
Kapal bantuan tersebut berkapasistas 5 Gross Ton (GT) yang dilengkapi mesin penggerak 30 PK, GPS dan radio telekomunikasi. Total anggaran untuk 25 kapal bantuan tersebut mencapai Rp 64 Miliar . ( rel )