Regional

Memaksa Duduki Kantor Bupati Sikka Polisi Bubarkan Demonstran

MAUMERE, GlobalFlores.com  –  Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa  Nasional Indonesia (GMNI) Cabang  Sikka, memaksa menduduki Kantor Bupati Sikka, polisi yang mengawal aksi tersebut lantas membubarkan para demonstran, Kamis (9/3/2023).

Aksi demo yang dilakukan sejumlah aktivis GMNI sebagai bentuk protes terhadap pemerintah karena diduga menelantarkan empat keluarga transmigran di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.

Seperti yang disaksikan media ini, sekelompok mahasiswa  yang melakukan aksi di kantor bupati tersebut, mendesak untuk berdialog terkait penelantaran 2 KK  yang saat ini sudah Kembali ke Kabupaten Sikka,  ditelantarkan karena tidak memiliki tempat tinggal.  Semua harta kekayaannya sudah dijual sebelum berangkat ke Mamasa Sulawesi Barat.

“Kami datang  dan berdialog langsung dengan bupati. Kenapa bupati  keluar daerah. Setiap kali ada aksi oleh mahasiswa bupati selalu keluar daerah, ada apa?”tanya  sekretaris  GMNI Feliksia Silvana Paubadar, saat aksi di Kantor Bupati Sikka.

Kedatangan GMNI  Cabang Sikka ini didamping dua keluarga  yang diduga  diterlantarkan Pemda sikka yang saat ini kedua keluarga tersebut tidak memiliki tempat tinggal.

Salah satu keluarga yang ditelantarkan itu diketahui bernama Anselmus Goleng.

Lantaran terus mendesak untuk menghadirkan bupati, Asisten administrasi umum Robertus Ray S. Sos dan sejumlah  pejabat lainnya akhirnya angkat bicara.

Di hadapan para demonstrans Robert Ray menjelaskan bahwa bupati sedang berada di luar daerah yakni di  Kupang dan sterusnya akan dilanjutkan ke Jakrta. 

Rober juga menjelaskan, bahwa transmigrasi tersebut merupakan program pemerintahan pusat, melalui pemerintah tingkat propinsi.

Sementara Pemerintah Kabupaten Sikka hanya sebatas memfasilitasi. Disamping itu 4 keluarga yang ikut dalam transmigrasi itu telah bersepakat menjadi warga kabupaten Mamasa.  Oleh karena itu secara defakto ke empat keluarga itu bukan lagi menjadi warga  Kabupaten Sikka.

Namun demikian kata Robert Ray, secara kemanusian pemerintah tetap menerima aspirasi yang disampaikan oleh para demonstrans dan dua keluarga yang saat ini sudah berada di Kabupaten Sikka.

Robert juga mengaku, pemerintah kabupaten Sikka  akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat melalui pemerintah propinsi.

“Kami akan melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat melalui pemerintah propinsi, karena ini adalah program pusat, kami hanya sebatas memfasilitasi,”kata  Robert Ray.

Atas penjelasan itu GMNI Cabang Sikka terkesan tidak menerima, dan memaksa untuk menduduki  kantor bupati hingga bupati tiba dari luar daerah.

Atas desakan itu sejumlah apparat yang terdiri dari Satpol PP dan aparat kepolisian menolak keinginan GMNI tersebut.  Lantaran di tolak,  aktifis GMNI  terus memaksa dan terjadi saling dorong antara petugas dan para demonstran.

Polisi dan satpol PP kabupaten Sikka terus mendesak untuk keluar dari pelataran  Kantor Bupati Sikka.

15 menit kemudian setelah aksi dorong itu, mahasiswa yang tergabung dalam organisasi GMNI itu akhirnya diam. Namun demikian GMNI tetap menunggu di depan kantor bupati Sikka.

Terpisah salah satu keluarga Anselmus  Goleng yang diduga ditelantarkan, mengaku awalnya merasa tertarik dengan lokasi transmigrant di kabupaten Mamasa Sulawesi Barat, karena fasilitas dan lokasi telah disipakan oleh pemerintah kabupaten Mamasa.

Atas ketertarikannya itu maka Ansel bersama tiga keluarga lainnya sepakat diberangkatkan ke Mamasa.

Herannya kata Ansel, setiba di Mamasa kondisi lokasi trnsmigran tidak seperti yang dijelaskan sebelumnya saat masih berada di kabupaten Sikka.  Empat keluarga itu kata Ansel  diantar langsung oleh petugas dari pusat 1 orang, propinsi 1 orang dan dari kabupaten sikka 1 orang.

Ansel juga mengaku, selama di  Mamasa untuk kebutuhan makan dan minum disediakan oleh pemerintah kabupaten Mamasa, namun lokasinya jurang dan rawan longsor. Karena kondisi  tersebut Ansel dan satu keluarga lainnya akhirnya nekat Kembali ke Kabupaten Sikka.

“Setelah kami tiba di Mamasa, kami melihat lokasinya rawan longsor, berada ditepi jurang, fasilitas pendidikan jauh, rumah sakit juga jauh. Memang  kami diberi makan lauk pauk, namun kami tidak bisa berusaha ditengah medan yang curam,”kata Ansel. ( rel )

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
WhatsApp

Adblock Detected

Nonaktifkan Ad Blocker untuk melanjutkan