Melihat Perempuan Suku Ata Lamu Melakukan Ritual Adat Teka Kenirek
Sebagai Upaya Mempererat Hubungan Dan Pelestarian Budaya Lamaholot.
Oleh,Elisa Getrika Dopong Tonung, Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Flores (Uniflor) Ende
Ritual adat teka kenirek adalah suatu upacara adat makan bersama di satu bale-bale yang dijalankan oleh perempuan Lamaholot di Kabupaten Flores Timur,NTT, yang memiliki garis keturunan dari perempuan pertama suku tersebut, atau istilah yang biasa dipakai dikalangan masyarakat setempat adalah kluba tou.
“ kluba tou memiliki arti satu priuk. Priuk adalah tempat menanak nasi yang terbuat dari tanah atau logam. Maka dari itu, pada waktu tertentu semua wanita yang berasal dari satu garis keturunan perempuan dalam satu suku harus memasak pada satu priuk yang sama.” jelas Marta Blepa Sabone, sebagai pemimpin ritual adat teka kenirek.
Biasanya waktu untuk upacara itu dilakukan pada bulan musim panen jagung muda.
Adapun pantangan yang harus dijalankan oleh perempuan yang memimpin upacara tersebut.
“ Ketika kita menjadi pemimpin ritual adat teka kenirek. Maka, sebelum dilakukan acara adat ada pantangan untuk memakan jagung muda, mentimun, semangka, tebu, dan dilarang mencukur rambut selama 7 hari sesudah ritual dilakukan. Karena dipercaya akan menyebabkan ketidakwarasan bagi pelanggarnya,”kata Marta Blepa Sabone.
Sebelum acara dilakukan para perempuan suku Ata Lamu berkumpul dirumah Markus Masan Teka yakni rumah pertama dari suku Ata Lamu untuk memasak.
Adapun makanan wajib diupacara adat tersebut adalah jagung bose, jagung bakar, dan ikan. Ada juga buah yang wajib yakni mentimun, semangka, dan siri pinang.
Upacara ini di awali dengan pembakaran damar atau masyarakat Lamaholot biasa menyebutnya padu, lalu sang pemimpin acara melakukan ritual pemberian makan terlebih dahulu kepada nenek moyang. Lalu di susul dengan para perempuan memakan makanan yang telah di sediakan di bale-bale.
Masyarakat setempat percaya bahwa makanan harus dihabiskan sebelum padu padam karena di yakini cahaya dari padu membuat wajah menjadi lebih cerah dan sehat.
Upacar adat ini masih sering dilakukan tidak hanya oleh perempuan dari suku Ata Lamu. Namu juga oleh suku-suku lainnya yang ada di Lamaholot.
Upacara ini sudah diwariskan secara turun temurun dan juga sebagai upaya pelestarian budaya masyarakat Lamaholot, agar tak hilang dan punah karena perkembangan jaman yang semakin moderen.
Dalam acara ini juga melibatkan perempuan-perempuan muda yang menjadi generasi untuk terus melestarikan dan mengembangkan budaya.