Renungan Sabtu (5/3/2022)
SEMANGAT PAGI, dalam Injil hari ini dikisahkan tentang Lewi Pemungut Cukai Mengikut Yesus (Luk. 5: 27 – 32). Lewi nama lainnya adalah Matius. Atau dengan kata lain, Lewi atau Matius adalah nama yang sama. Dalam Injil sinoptik, yakni Matius 9: 9 menggunakan nama Matius. Sedangkan dalam Injil Markus 2: 14 dan Lukas 5: 27, menggunakan nama Lewi. Jadi, baik Matius ataupun Lewi adalah orang yang sama. Matius adalah nama Yunani nya dan Lewi adalah nama Ibraninya. Sebagai pemungut cukai, Matius bekerja pada orang Romawi yang berbicara bahasa Ibrani. Namun, sesungguhnya bukan soal nama, nama itu hanya bungkusan, tetapi yang penting adalah isinya, yakni kepribadian dan atau hati orangnya. Dalam hal ini hati Lewi atau Matius yang terbuka atau responsif terhadap tawaran atau ajakan Yesus ” ikutlah AKu”. Dia langsung berdiri dan meninggalkan segala sesuatu yang membuatnya mapan, nyaman dengan pekerjaan atau profesi yang diembannya, lalu mengikuti Dia (Yesus). Sepertinya Lewi tahu siapa yang mengajak nya. Maka, Dia rela meninggalkan profesi atau pekerjaan nya yang menjadi tumpuan hidup keluarga nya dan mengikuti Yesus. Dengan mengikuti Yesus, itu artinya Lewi atau Matius siap diubah oleh Yesus, dari yang berpikir hanya untuk diri dan keluarganya menjadi berpikir untuk keselamatan banyak orang. Dan sama seperti kisah Zakheus, yang juga seorang pemungut cukai, Yesus berkata, bahwa terjadi keselamatan atas rumah yang menjadi tempat perjamuan Yesus bersama para pemungut cukai dan orang orang berdosa. Keselamatan tidak hanya bagi Lewi dan keluarganya, tetapi orang orang yang ikut makan bersama sama dengan Yesus. Inilah cara atau model pendekatan Yesus, agar orang berdosa memperoleh keselamatan. Namun, hal ini tidak disukai oleh orang Farisi dan ahli ahli Taurat yang diekspresikan dengan sikap bersungut-sungut. Oleh karena itu, Yesus menyindir mereka ” bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit! AKu datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat”. Mereka tidak sadar, sesungguhnya ucapan Yesus ditujukan kepada mereka, sebab mereka juga sakit dan berdosa. Bagaimana dengan kita? Semoga kita belajar dari sikap Lewi yang terbuka, responsif terhadap tawaran atau ajakan keselamatan dari Tuhan. Dan masa prapaskah adalah sarana untuk kita memperoleh keselamatan, melalui rajin sedekah, tekun berdoa dan berpuasa dengan sepenuh hati, bukan hanya soal makan dan minum, tetapi soal menata dan menjaga serta merawat hati dan pikiran, agar tidak tercemar oleh dosa. Mudah-mudahan. Selamat Berakhir Pekan 🙏🙏