Warga Wuring, Sikka Masih Bertahan di Pengungsian Pasca Gempa
MAUMERE, GlobalFlores.com – Lantaran trauma dengan tsunami tahun 1992 silam, warga Wuring Lemba, Kelurahan Wuring,Kecamatan Alok Barat,Kabupaten Sikka, NTT, memilih lari ke gunung. Mereka masih bertahan di lokasi pengunsian meskipun terpaksa tidur dialam terbuka tanpa tenda.
Bahkan sebagiannya tidur di pelataran Kantor Lurah Wuring. Herannya tidak ada satu petugas dari kelurahan tersebut yang peduli terhadap kondisi masyarakat, terutama anak- anak yang masih bayi dan yang tua renta.
Seperti yang disaksikan media di lokaksi pengungsi, Kamis (16/12/2021) sekitar pkl. 22.52 wita, banyak anak balita tergeletak dialam terbuka tanpa pelindung apapun.
Salah satu warga Wurig yang mengaku bernama Udin, menjelaskan bahwa sejak terjadinya gempa Selasa (14/12/2021) tidak satupun unsur pemerintah yang peduli terhadap masyarakat yang panik melarikan diri ke gunung ( dataran tinggi), untuk menghindari terjadinya tsunami.
“Kami sejak melarikan diri ke gunung hingga saat ini tidak ada pemerintah yang melihat kondisi kami disini. Banyak ibu-ibu dan anak – anak terpaksa harus dibaringkan diatas tanah tanpa tenda. Kami lari karena trauma terjadinya tsunami yang mengorbankan banyak nyawa seperti tahun 1992,”kata Udin.
Udin juga mengaku, kesulitan utama bagi warga Wuring Lemba yang mengusi yakni air minum, makanan dan tenda. Selain itu banyak para suami tidak lagi melaut lantaran takut terjajdinya tsunami.
Lebih riskan lagi lanjut Udin, yakni seorang nenek Ian Tentang (90 ) dan bayi Aktar yang masih berumur tiga bulan, mengalami nasip yang sama dengan para pengungsi lainnya berbaring dialam terbuka.
Selain di pelataran Kantor Lurah Wuring nasib yang sama juga dialami pengungsi lainnya yang terpaksa harus bertahan di halaman Madrasah Ibtidaiyah negeri 1 Nangahure. Nenek Ian Tentang dan bayi Aktar tersebut termasuk dalam ratusan warga Wuring yang ikut dalam pelarian lantaran takut tsunami.
Pengusian warga Wuring tersebut berada pada tiga lokasi diantaranya di halaman pelataran kantor Lurah Wuring, halam seklah Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Nangahure dan kebun warga masyarakat setempat.
Hal senada juga disampaikan warga Wuring lainnya yang mengaku bernama Karma. Menurut Karma, gempa bumi dan tsunami yang terjadi pada tahun 1992 silam adalah sebuah kenangan pahit yang belum dapat dilupakan hingga saat ini. Banyak warga dan keluarga yang meningga akibat disapu tsunami.
“Kami belum dapat melupakan tragedi tahun 1992, saat itu gempa bumi dan tsunami melanda pulau babi dan pulau sekitarnya, banyak warga dan keluarga yang meninggal,”ungkap Karma.
Atas pengalaman pahit yang dialami keluarganya itu Karma memilih lari ketimbang mengalami nasih sama seperti keluarganya pada tahun 1992 silam. Gempa bumi Selasa (14/12/2021) mengingatkan Karma dan keluarga yang menderita akibat tsunami. “Gempa bumi kemarin itu mengingatkan kami tahun 1992 lalu, dimana rumah bahkan nyawa semua hilang disapu tsunami. Kami berharap gempa bumi kemarin itu tidak akan terjadi tsunami, karena kami yang berada dekat dengan pantai pasti akan menjadi korban yang pertama,”kata Karma. ( rel )