Tahun 2022 Warga Sikka Stop BAB Sembarangan Tempat
MAUMERE, GlobalFlores.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka bersama seluruh elemen terkait melakukan deklarasi mencanangkan tahun 2022 stop membuang Air Besar Sembarangan (BABS ) karena itu setiap warga wajib memilik jamban yang layak.
Hal ini disampaikan Kadis kesehatan kabupaten Sikka Petrus Herlemus, Selasa (30/11/2021) di Aula Sikka Covention Center ( SCC).
Petrus menjelaskan hampir seluruh desa dan kelurahan, kecamatan dan NGO serta instasi terkait hadir dalam deklarasi pencanangan stop BABS tersebut. Diprakirakan ada 300 orang peserta yang hadir.
Petrus mengaku sesuai instruksi bupati Sikka bahwa ditahun 2022 Sikka Stop BABS semua warga masyarakat Sikka wajib memilik jamban yang layak.
“Sesuai intruksi Bupati Sikka tahun 2022 stop BABS, karena itu setiap warga harus memilik jamban yang layak,”kata Petrus.
Menurut Petrus kehadiran semua sektor dalam deklarasi itu bertujuan untuk saling bekerja sama agar dalam pencanangan ditahun 2022 semua warga wajib memilik jamban yang layak.
“Dihari bahagia orang kesehatan hari ini, kita satukan pencanangan bahwa tahun 2022 bisa stop BABS , hari ini hadir sebanyak 300 orang lebih yang terdiri dari berbagai sektor. Diantaranya 21 kecamatan, 25 orang puskesmas, 25 orang kepala p[uskesmas, POD terkait dan NGO. “jelas Petrus.
Untuk dapat stop BABS kata Petrus, maka harus memiliki strategi percepatan, dan bagaimana dapat meraih stop BABS.
“Kalau bicara lingkungan maka kita bicara perilaku, kita berharap supaya semua warga nian tana ini bisa bekerja sama untuk mencapai target kita ditahun 2022,”kata Petrus.
Menurut Petrus lingkungan menjadi prioritas utama untuk diperhatikan ke depan. Sementara untuk kebijakan anggaran Petrus mengaku sudah menyampaikannya kepada Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo dan secara tehknis dapat dilakukan dengan sistim kerja sama dengan memanfaatkan dana desa secara optimal.
“Semua dana ada di desa, yang dapat digunakan untuk jamban, dan kini yang harus mendapat perhatian khusus yakni 13 kelurahan, namun hal itu sudah dibicarakan agar OPD tehknis mengadvokaksi anggarannya,”ujar Petrus.
Petrus menambahkan penyebab dari sanitasi buruk yakni diare yang diyakini paling banyak. Terhadap itu, Petrus mengaku sudah memperesentasekannya kepada seluruh peserta yang hadir.
Dari data yang diperolehnya, Petrus mengaku didesa baru 77 persen kepemilikkan jamban, Dari data akses jamban yang diperolehnya sebanyak 88 persen, namun kepemilikan jamban baru 77 persen dari jumlah tersebut hanya 59 persen memiliki jamban yang layak sedangkan 20 persen lainnya dinyatakan belum layak.
“Bagi warga yang belum memiliki jamban yang layak akan dibangun secara bersama sama. Yang paling penting itu septiptenngnya dan kloset leher angsa, sedangkan bangunan rumahnya dapat dikerjakan sendiri atau secara bersama –sama,”kata Petrus. (rel )